Mohon tunggu...
Ulil (pipit) Fitriyah
Ulil (pipit) Fitriyah Mohon Tunggu... -

"Ngangsu lan ngisi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Mau Masuk SD, Ini Tips dalam Menimbang Kebutuhan Anak Sebelum Meminang Sekolah

23 Januari 2018   12:23 Diperbarui: 24 Januari 2018   15:26 1824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari pertama masuk sekolah di SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).(KOMPAS.com/Kahfi Dirga Cahya)

Tahun ajaran baru sudah mulai mendekat. Untuk para ayah dan bunda yang memiliki putra/putri yang mau masuk Sekolah Dasar (SD), pasti sudah pada sibuk-sibuk mencari sekolah yang tepat untuk putra/putri nya. Dan ternyata mencari sekolah SD untuk anak kita itu ternyata gampang-gampang susah ya Aybund.

Kalau mau dibuat gampang, ya sudah kita pilih sekolah SD yang terdekat aja dengan rumah kita. Tapi tidak semudah itu ternyata ya, bagi sebagian orang memilihkan sekolah yang tepat untuk anak-anak kita adalah sesuatu hal yang sangat penting dan harus menimbang dan menimang berbagai macam hal. Berikut beberapa tips yang boleh dicontek untuk para bunda/ayah dalam memilihkan sekolah putra/i nya.  

Bagai sebuah bangunan, TK dan SD merupakan pondasi bagi sebuah bangunan. Bila pendidikan itu sebuah pohon, maka pendidikan semasa anak di TK dan di SD adalah akar-akarnya. Meskipun posisinya dibawah dan tak nampak, pohon yang besar dan kokoh, tentu ditunjang oleh akar-akar yang kuat.

Demikian pula sebuah bangunan, gedung yang kuat dan tinggi menjulang tentunya harus ditopang juga oleh pondasi bangunan yang kuat. Oleh karena TK dan SD adalah pondasi, maka ia harus dibangun dengan kuat sesuai dengan model bangunan apa yang akan kita dirikan. Dan tentunya, kita sebagai orang tualah yang tahu, akan kita bentuk menjadi bangunan seperti apakah anak-anak kita kelak karena "orang tualah sang arsitektur bagi putra putrinya".

theodysseyonline.com
theodysseyonline.com
Nah, sebagai seorang arsitek, tentu kita harus tahu akan tujuan, visi dan misi pendidikan bagi anak-anak kita. Akan diarahkan (diarahkan lo ya Aybund, bukan dipaksakan) anak-anak kita kelak? Tanya pada diri sendiri, sebenarnya kita menyekolahkan anak dengan biaya yang tak sedikit dan waktu yang tidak cukup singkat, sebenarnya untuk apa sih? Pastinya, jawaban tiap orang tua berbeda-beda ya Aybund. 

Kemampuan kognitif
Ada orang tua yang menyekolahkan anaknya agar anaknya pintar di bidang tertentu seperti ilmu sains, maka mungkin jawaban orang tua yang paling banyak adalah menyekolahkan anaknya di sekolah umum yang kuat dalam bidang tersebut. Ada pula ada yang pingin anaknya pinter ngaji, maka mungkin salah satu jawabannya adalah menitipkan anaknya di sekolah Islam. Tapi tidak sedikit pula, orang tua yang menginginkan anaknya pintar dalam semua bidang, ya agamanya, ya ilmu sosialnya, ya kreatif, ya ilmu sainsnya..

Wait wait.. Kalo sudah begini, stop dulu Bund! Tarik nafas dalam-dalam dan coba berpikir ulang, apakah ayah atau bunda juga sudah demikian?

Kalo jawabannya iya, maka ada kemungkinan si anak akan bisa demikian. Tetapi kalau jawabannya *TIDAK* maka ada baiknya ayah dan bunda juga berefleksi diri dan.......

"Put yourself in your kid's shoes!"

Posisikan diri kita pada posisi anak-anak kita. Mau kah kita juga dituntut untuk pandai dan cakap dalam segala bidang? Ingat, selayaknya kita, anak-anak kita mempunyai kelebihan plus juga disertai kekurangannya. Kalau sudah urusan akademik, fokus saja pada kelebihannya dan tidak memaksakan/menuntut anak untuk bisa dengan apa yang menjadi kekurangannya.

Tetapi bukan artian tidak sama sekali memelajarinya bidang yang tidak dikuasainya. Sembari kita tetap membantu dan memotivasi anak kita mempelajari bidang tersebut, tetapi tidak dipaksakan untuk menguasai secara all out. Karena ya, mengingat sistem pendidikan di negara kita yang kurikulumnya menghendaki anak-anak kita untuk belajar banyak hal. So, untuk urusan akademik, fokus pada satu bidang saja yang anak memiliki potensi di dalamnya.

Pembentukan karakter dan kemampuan bermasyarakat
Lain lagi dengan urusan lain yang biasa disebut dengan soft skill atau dalam bahasa pendidikan juga dikenal dengan istilah penguasaan afektif (sikap) atau jika diterjemahkan dalam dalam bahasa agamanya adalah akhlak atau biasa juga disebut dengan moral dalam mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) ketika saya dulu sekolah. Selain bidang akademik, hal ini juga yang perlu dipertimbangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun