Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gaji Pertama = Upah Harian

21 September 2011   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaji adalah (1) upah kerja yang dibayar dalam waktu yang tetap, (2) balas jasa yang diterima pekerja dalam bentuk uang berdasarkan waktu tertentu (Sumber : Kamus Bahasa Indonesia).

Selalu ada istilah Gaji Pertama untuk setiap orang yang baru mulai bekerja. Bagiku menerima gaji pertama yang secara profesional artinya diusia pekerja adalah disaat aku berada ditingkat akhir bangku kuliah. Di saat itu ada lowongan untuk menjadi Asisten Dosen beberapa mata kuliah dan akhirnya aku pun mendaftar dan karena semua syarat terpenuhi aku mendapatkan 3 mata kuliah sekaligus. Luar biasa senangnya dikala aku masih mendapat kiriman uang jajan dari orang tua , akupun bisa menambah jajanku dari hasil mengajar, saat itu yang terpikir hanyalah "jajan" karena memang penghasilannya tak seberapa.

Setelah aku mendapatkan gelar Sarjana, orang tuapun sibuk menyuruh aku mencari kerja agar aku memiliki gaji yang tetap. Dua bulan waktu yang diberikan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan di kota yang kuinginkan dan ternyata mencari kerja bukanlah hal yang gampang hasilnya dalam dua bulan adalah nihil. Keputusan orang tua aku harus pulang dan mencari kerja di Palembang.  Sesampainya di Palembang pun sama halnya tak semudah yang kubayangkan bahwa bekal gelar dan nama alumni yang tersohor bukanlah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan. Usul dari papa agar aku berkantor dengannya tak dapat ku tolak, akhirnya seperti yang kuduga akan menjadi omongan kalau aku sekantor dengan Papa. Supaya tak menjadi bahan pembicaraan yang panjang akupun meminta dipindahkan ke unit lain saja sehingga aku bisa bekerja seperti apa adanya aku, bukan bekerja hanya duduk dan dapat gaji buta.

Selanjutnya akupun dipindahkan ke unit lain dan dibawah pimpinan yang lain bukan papa ku. Sarjana Pertanian dengan IPK yang lumayan dan akupun berharap mendapat pekerjaan yang menantang tapi pimpinan setempat tak berpihak padaku, saat itu aku hanya diberi pekerjaan menyobek kertas dan potokopi. Sepele banget pekerjaannya hanya saja hal ini menusuk harga diriku, sisi batinku menertwakanku..percuma lu kuliah hebat kerjaan hanya sebagai penyobek kertas !! Tentu saja hal ini tak kuceritakan dengan papa ku , karena hal ini akan membuat perpecahan anatara papaku dan koleganya. Gaji yang kuterimapun diluar perkiraan kalau saat itu teman yang lain menerima Rp. 300.000 aku hanya dibayar Rp. 150.000, rasanya ingin menangis belum air mataku jatuh ternyata teman yang mengetahui ketidak adilan ini mengajak rekan lainnya untuk memulangkan gaji mereka bersamaku. Terharu rasanya , akhirnya akupun menerima gaji pertamaku dengan bangga dan saat itu aku belikan kamus bahasa inggris elektrik untuk adik bungsu ku.

Gaji pertama di perusahaan itu adalah gaji terakhirku, dalam waktu bersamaan aku mendapat tawaran untuk bekerja sebagai staff keuangan di PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia), masa bodoh dengan gelar sarjanaku toh kemarinpun aku bekerja hanya menyobek kertas, bukankah tawaran yang datang ini membuatku naik jabatan ??? Akhirnya akupun menerima tawaran tersebut. Aku mulai berkecimpung didunia PJTKI mengurus segala hal yang berhubungan dengan TKW (Tenaga Kerja Wanita). Gajinya hanya Rp. 500.000, tapi sabetan dari pihak-pihak sponsor yang membawa TKW luar biasa, sehari aku bisa memperoleh sabetan sekitar Rp. 3.000.000, bukan main girangnya, disini aku bukan hanya bisa jajan semau yang aku mau, bahkan kalo harus naik taksi aku memesan yang silver bukan blue..puas rasanya seperti ada kemenangan dalam diri, sampai akhirnya bathinku menjerit bahwa ini bukanlah rezeqi, ini tak layak disebut pendapatan. Akupun mengundurkan diri dan kembali kerumah orang tua.

Alhamdulillah tak perlu waktu lama sampai aku mendapatkan pekerjaan kembali. Adalah om ku seorang Manager perkebunan yang menawarkan ku pekerjaan. Dan aku sangat senang karena akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan ku. Catatan hanya satu bahwa aku harus ke proyek, tinggal digubuk didalam kiloan meter hutan. Karena tak ingin memusingkan mamak, aku iyakan saja ajakan om ku. Ragaku hampir saja meloncat sebenarnya, betapa tidak aku memasuki hutan sejauh 88 KM dari aspal hitam, kemudian kulihat gubuk, benar-benar gubuk untuk tidurku, ingin menagis tapi terlanjur gengsi dengan om ku. Ternyata didalam hutan ini sudah ada beberapa staf perkebunan dan salah satunya adalah atasan om ku.

Kesepakatan yang terjadi cukup membuatku kaget, ternyata om ku tidak memberitahu orang tuaku status ku sebagai karyawan, didalam hutan yang sepi, tanpa ada kabel listrik dan telepon om ku memberitahukan bahwa agar aku bisa bekerja dengan baik meskipun aku adalah Sarjana Pertanian dari institusi terkenal namun karena aku belum ada pengalaman bekerja diperkebunan maka aku harus menerima statusku adalah sebagai BHL ! Apa itu BHL om, tanya ku ?? BHL adalah Buruh Harian Lepas, hueekk mendengar kepanjangannya saja sudah terbayang akan nasib ku. BHL akan dibayar sesuai absensi masuk kerja per hari. Saat itu upah BHL adalah Rp. 19.800. Shock jiwa ini mendengarnya sebelum masuk kehutan ini bukankah aku sudah mendapatkan puluhan juta rupiah ???ahhhh kukalikan diatas tanah dengan goresan kayu pun masih bisa kudapatkan hasil hitungan gaji pertama ku nanti. Rp. 19.800 x 25 Hari kerja = Rp. 495.000. Ingin lari rasanya tapi tak mungkin, arah utara selatan saja aku tak tahu, ingin mengadu ke mamak entah melalui apa ? akhirnya aku pasrah, sudah terlanjur bisik bathin ku !!!

Aku adalah BHL eksekutif saat itu, hal ini tentu saja dikarenakan aku adalah ponakan sang Manager. Ada sisi bangga juga didiriku bahkan staf lain pun angkat topi melihat ku, seorang Sarjana Pertanian , masuk kerja karena om nya Manager tapi mau digaji BHL. Akupun setiap hari menceklis namaku diabsen bahawa aku masuk kerja, begitu seterusnya sampai akhirnya ada perintah tutup buku, dan akupun mengkalkulasikan gaji semua BHL termasuk diriku. Besok aku akan menerima gaji pertama ku sebagai BHL dan aku yang menghitung dan aku yang membayarkannya.

Setelah aku memperoleh gaji pertamaku sebagai BHL akupun menangis, tangis kali ini bukanlah tangis kesedihan tapi tangis rasa syukur, bahagia sekali rasanya. Gaji BHL ini serasa nikmat yang luar biasa, aku mendapatkan dengan perjuangan seorang BHL dan tahukah kalian ?? Uang gaji pertama ini begitu berbau surga, wangi dan berkah. Tak ada kepalsuan dipendapatan kali ini, kemarin aku bisa mendapatkan puluhan jutaan tapi tak pernah ada sisanya selalu saja ada jalan untuk menghabiskannya. Kali ini gaji yang tak sampai setengah juta itu tak terpakai sedikitpun. Kebutuhan sehari-hari sudah dipenuhi oleh perusahaan, ingin menggunakan uang ini untuk jajanpun aku tak bisa, dihutan ini tak ada pedagang, dihutan ini tak ada mall, dihutan ini hanya ada hiburan memancing ke waduk, subhanallah, terima kasih ya Allah akhirnya aku bisa mensyukuri nikmat MU.

Gaji pertamaku sebagai BHL memberikan pelajaran hidup yang sangat berarti, bukan besarnya uang yang kita terima yang menjadi ukuran bahagia, tapi seberapa besar kita bisa memaknai pendapatan kita, kecilpun kalau berkah pasti bersisa. Dan tak sampai 3 bulan lamanya akhirnya akupun diangkat menjadi Staff Agronomy, gajinyapun 10x lipat dari BHL dan dipekerjaanku inilah aku bisa mengumpulkan uang untuk Umroh, Alhamdulillah...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun