Suatu ketika ada yang mengirimkan pesan "mbak Uli, anakmu lagi di Rumah Sakit ya?" , dia mendapat nomorku karena kami berada di grup yang sama sesama blogger.Â
Aku bahkan butuh waktu untuk mencari tahu siapa dia, setelah tahu namanya baru aku balas pesannya "iya benar mbak, emang kenapa?" dan ternyata dia juga berada di ruang tunggu yang sama dengan anakku.
Aku dan si pengirim pesan hanya kenal dalam sebuah grup whatsapp belum pernah tatap muka, ada banyak kisah juga ketika kami lagi di mall trus ada yang menyapa "Mbak Uli kan ya?", itu semua terjadi karena aku adalah aku ketika aku ada disosial media.Â
Mereka mengenal aku duluan dari sebuah postingan dunia maya dan aku bangga karena orang bisa mengenaliku hanya dari sosial media dan aku yakin apapun yang ada disemua artikel dan statusku adalah benar dan apa adanya.Â
Soalnya pernah salah seorang followerku menanyakan "apakah aku bisa mempertanggungjawabkan apa yang aku tulis?" dan aku hanya jawab "silahkan bila ada menemukan apa yang saya tulis adalah karya orang lain boleh hubungi saya"
Sosial Media Itu = Dunia Nyata
Sosial media menurutku adalah sarana untuk aku berbagi apa saja yang ingin aku bagi, oh berarti cuman berbagi hal bahagia saja? Jelaslah! Kenapa?Â
Karena selalu ada alasan orang untuk menggunjingkan kita, hal baik yang kita share bisa menjadi hal-hal lainnya kebayang kalau menuliskan derita?Â
Sudahlah nggak ditolong eh malah dijadikan bahan gosip. Makanya deh aku memilih untuk sharing hal-hal menyenangkan aja, tapi bukan berarti aku tak menyukai orang yang curhat melow loh ya...bahkan ketika ada teman yang curhat melow aja sebisa mungkin aku menghargainya. Aku menganggap dia butuh media untuk menuangkan perasaannya dan aku yakin itu membuatnya lebih baik.
Analisa orang-orang yang mengatakan ketika seseorang memposting hal mesra sebenarnya hanya sebuah kepalsuan menurutku nggak benar juga, habis gimana? masak mau posting lagi berkelahi haha.Â