Sekitar jam 11 siang kemarin 27 September 2011, OB kantor ku seperti biasa kami minta tolong untuk beli ganjelan perut sebelum jam makan siang. Ganjelan gorengan biasanya jadi pilihan, belum 15 menit sang OB sudah naik lagi dan tergesa-gesa dia bilang "Mbak uli gang depan kos-an mbak kebakaran tuh" jadi tukang gorengan pada balik gak ada yang dagang "Â sepontan aku lari dan masuk keruang boss ku..sori pak langsung aku menuju jendela besar dilantai 38 dan masyaallah kobaran api begitu besar dan aku tahu persis lokasinya.
[caption id="attachment_137922" align="aligncenter" width="640" caption="Kobaran api 27 Sep 2011"][/caption] Lokasi kebakaran di Bendungan Hilir (Benhil) itu persis didepan gang kos-an ku, gang beringin namanya. Mbak yang membantu di kos bertempat tinggal disana. Dan gang beringin bukan gang asing bagiku, malah beberapa penghuni gang itu sudah kukenal. Gang beringin ini sangat padat dengan rumah petakan, sebagian besar pedagang somay, bubur ayam, ketoprak, tinggal di gang ini. [caption id="attachment_137884" align="aligncenter" width="385" caption="Gerobak pedagang "][/caption] Begitu aku mendengar berita itu aku menelpon si-mbak dan dia yang sedang menyetrika tak tahu ada kejadian, begitu aku informasikan diapun berlari dan beruntung bahwa sebulan yang lalu dia sudah pindah dari gang itu. Tangisan tetap terjadi karena beberapa saudara masih ada yang tinggal di gang itu. Setelah mendengar keluarga si mbak baik-baik saja. Akupun teringan sebuah nama "Wati" seorang Mbak yang membantu di kos-an beberapa bulan lalu, teroaksa cuti karena melahirkan. Dari ketinggian lantai 38 aku tahu persis itu adalah rumah Wati, teringat akan amel dan qila sang buah hati yang berumur 5 tahun dan 4 bulan, dari kantor aku minta tolong orang mencari tahu keberadaan wati, alhamdulillah anak2nya selamat dan tak bersisa apapun selain pakaian di badan. Wati sabar dulu ya akan aku usahakan pakaian untuk mu dan anak mu. Tawaran untuk tinggal di kos ditolak wati, "sementara waktu biar saya di rumah saudara mbak" ujarnya.. [caption id="attachment_137885" align="alignleft" width="291" caption="sisa puing2 bangunan"][/caption] Musibah kebakaran memang tak mengenal tempat , di Indonesia khususnya hampir setiap musibah menimpa rakyat kecil. Seperti musibah kebakaran Benhil ini, tahukah kalian bahwa rumah yang terbakar habis itu hanya disewa dengan biaya 250 ribu s/d 500 ribu. Benar-benar rumah petakan dari triplek , yang membedakannya hanyalah posisi atas dan bawah. Kalau posisi bawah akan lebih murah karena begitu hujan maka air kali dari belakang langsung menggenangi lantainya, sedangkan bangunan atas akan lebih mahal karena bebas banjir. Tapi tidak dengan kejadian kemarin siang, semua rumah yang dibawah dan atas habis dilalap api. Kejadian itu berawal dari seorang pemuda yang baru beberapa bulan ini ikut menyewa disana , pria itu memasak air menggunakan teko plastik yang berkabel listrik dan ditinggal begitu saja, sampai api menjilat bangunan pria itu tak terlihat lagi. Air mengering dalam teko, plastik meleleh dan menyambar listriknya ,,byaaaarrrrrr dalam 3 jam kedepan semua rumah dikanan-kiri, atas bawah ludes seketika. Yah ini hanya disebabkan "Human Error" bukan korslet dari gardu listrik. Dibalik cerita musibah selalu ada kejadian yang membuat manusia untuk bersyukur, sebuah bangunan Mushollah yang baru akan selesai dibangun di gang Beringin ini tak sedikutpun terjilat lidah api. Subhanallah semua tercengang karena bangunan dibelakang, didepan bahkan diatas musholla tersebut habis dilalap api. Rumah Allah ini bahkan tak tersentuh jilatan api, Subhanallah...
[caption id="attachment_137927" align="aligncenter" width="465" caption="PAUD sarana pendidikan yang terbakar"][/caption] [caption id="attachment_137924" align="aligncenter" width="300" caption="Bangunan Musholla aman dari jilatan api"][/caption] [caption id="attachment_137891" align="alignleft" width="210" caption="Mushollah yang selamat"][/caption] Pulang dari kantor sebenarnya sudah ingin menulis kejadian ini, akan tetapi listrik yang belum pulih terpaksa membuatku menanti dalam kegelapan, tapi aku tak tahu diujung gang ku sana banyak tetesan air mata. Pagi ini sebelum ke kantor aku sempatkan mampir kelokasi, dan karena aku kenal beberapa orang didalam gang itu maka akupun leluasa masuk kedalam. Gerobak yang biasanya jam 4 dini hari sudah sibuk diisi dagangan pagi ini terlihat standby, semakin masuk ke dalam gang semakin miris melihat bangunan yang sudah tinggal puing-puing, PAUD yang biasanya terdengar celotehan anak pedagang tak terdengar lagi...dan tibalah aku dirumah wati ..ludes sudah..para pedagang, para penghuni gang beringin sudah mengungsi di Madrasah dan Mesjid Al-Fallah. Beberapa bantuan berupa sembako dan pakaian sudah terlihat disana. Bila saudara-saudara ingin memberikan bantuan langsung saja kesana, sudah ada posko-posko yang siap membantu anda untuk menyalurkan bantuan bagi penghuni 100 rumah (3 RT) yang terkena musibah tersebut. [caption id="attachment_137925" align="aligncenter" width="300" caption="Warga mendapat pembagian pakaian bekas"][/caption] [caption id="attachment_137893" align="aligncenter" width="300" caption="Dapur umum"][/caption] [caption id="attachment_137894" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana pengungsi pagi ini"][/caption] [caption id="attachment_137895" align="aligncenter" width="300" caption="BRI, sebagai Bank Rakyat beraksi"][/caption]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI