Siang yang cerah di hari Jumat yang berkah. Sabtu, 22 Agustus 2025 di masjid Tebuireng Jombang. Seorang khotib Jumat yakni KH. Agus Fahmi Amrullah atau yang kerap dipanggil dengan panggilan Gus Fahmi menyampaikan tentang sifat-sifat kepemimpinana yang harus di miliki seorang pemimpin. Beliau memulai khutbahnya dengan sebuah kisah dari sahabat 'Ali bin Abi Thalib yang saaitu menjadi khalifah.
Pada masa kepemimpinan Sayyidina 'Ali, rakyatnya banyak yang protes atau demo kepada Sayyidina 'Ali karena di kepemimpinannya semua hal dari bidang politik, ekonomi, kesejahteraan dan lainnya menurun daripada zaman kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khattab. Hal demikian tak membuat Sayyidina 'Ali marah, beliau menanggapi protes dari rakyatnya dengan tenang dan tak menyuruh rakyatnya untuk demo secara berlebihan. Kemudian Sayyidina 'Ali menjawab demo rakyatnya itu demikian, "Dulu ketika Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, rakyatnya itu seperti aku. Sekarang giliran aku menjadi khalifah, rakyatnya seperti kamu."
Gus Fahmi pun menjelaskan bahwa, kondisi pemimpin itu mencerminkan kondisi rakyatnya. Pemimpin yang baik akan mencerminkan kondisi rakyat yang baik. Kondisi rakyat yang baik insyaallah dicerminkan dengan pemimpin yang baik. Demikian pula sebaliknya, kondisi pemimpin yang buruk itu mencerminkan rakyat yang buruk pula. Maka menurut beliau, alangkah baiknya pemilihan pemimpin tidak hanya dilihat dari segi banyaknya suara tapi juga dilihat dari segi sifat-sifat kepemimpinan yang dia punyai. Lalu beliau menjelaskan empat sifat kepemimpinan yang harus dipunyai oleh setiap pemimpin.
Siddiq atau jujur. Jujur adalah apa yang ada di dalam hati itu sama dengan apa yang diucapkan dan yang diperbuat. Artinya kalau hatinya A ucapannya juga harus A, begitu pula perbuatannya. Lalu beliau menyampaikan "Ketika kampanye seorang pemimpin, seorang calon pemimpin berjanji untuk mensejahterakan rakyat misalnya, maka ketika menjadi pemimpin ya jangan menyengsarakan rakyat. Karena ketika seorang pemimpin yang jujur, dia akan merasa tenang"Â
Jika pemimpin itu jujur maka hatinya akan tenang tapi jika dia dusta atau bohong hatinya akan gelisah dan bimbang. Seperti dalam hadis Nabi SAW.
"Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu sesungguhnya kebenaran adalah ketentraman dan dusta adalah keraguan." Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
Kedua, Amanah. Amanah itu dapat dipercaya karena seorang pemimpin itu menerima kepercayaan dari rakyat. Untuk apa? Untuk ditunaikan, untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Siapa yang berhak? Yakni adalah rakyat. Dalam surah An-Nisa ayat 58.
Artinya "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS. An-Nisa: Ayat 58.
Pemimpin yang baik itu harus bisa amanah dan adil dalam memberi kebijakan. Gus Fahmi pun memberi salah satu contoh dari sifat amanah, yakni dalam kasus para koruptor. Hukuman koruptor jangan disamakan dengan maling ayam. Karena maling ayam itu mungkin harganya hanya Rp100.000. Sementara koruptor itu triliunan. Maka terapkan hukum ini dengan adil sesuai amanah.