Akademisi
Akademisi dan lembaga riset berperan sebagai pusat inovasi dan penjamin kualitas ilmiah dalam inoasi pengembangan produk pangan fungsional berbasis biofortifikasi Eucheuma cottonii. Peran akademisi dimulai dari riset mendalam mengenai biofortifikasi pada Eucheuma cottoni melalui teknologi nano-partikel untuk meningkatkan kandungan zat besi dan seng, manipulasi intensitas cahaya untuk meningkatkan sintesis beta karoten, dan sistem IMTA untuk meningkatkan kandungan protein. Hasil penelitian kemduian diimpelentasikan menjadi produk pangan fungsional untuk kelompok rentan, yakni biskuit balita, minuman jeli, dan kerupuk rumput laut panggang.Â
Selain itu, akademsi dan lembaga riset bertanggung jawab untuk melakukan uji organoleptik, uji penerimaan (acceptability test), serta analisis mutu gizi untuk memastikan produk aman, bergizi, dan dapat diterima oleh target konsumen. Dalam hal ini akademisi dapat menjalin kerja sama dengan BPOM untuk melakukan uji keamanan pangan, registrasi produk, dan penerbitan izin edar sehingga produk yang diproduksi memnuhi standar nasional, aman untuk dikonsumsi, dna meningkatkan kepercayaan konsumen. Akademisi juga berperan sebagai edukator dan pendampingan teknologi kepada petani rumput laut, UMKM, kelompok masyarakat, dan pemerintah daerah untuk memastikan produksi dapat dilakukan secara mandiri, terstandardisasi, dan berkelanjutan.Â
Sektor Swasta
Menjalin kerja sama dengan sektor swasta menjadi langkah krusial dalam mendukung keberhasilan penanganan stunting dengan inovasi produk pangan fungsional berbasis biofortifikasi. Program Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diarahkan secara lebih terarah, tidak hanya sebatas bantuan dana, tetapi sebagai mitra jangka panjang yang mendorong kemandirian lokal. Perusahaan swasta dapat berkontribusi dalam pendanaan riset biofortifikasi, pengadaan bahan dan peralatan biofortifikasi sampai penyediaan modal awal bagi UMKM yang memproduksi biskuit balita, jeli ibu hamil, dan kerupuk panggang untuk remaja putri. Kolaborasi dapat dilakukan dengan perusahaan swasta, khususnya industri pangan, perusahaan distribusi dan retail, serta starup teknolgi pangan.
Selain itu, perusahaan dapat memanfaatkan jaringan distribusi mereka untuk memastikan produk pangan fungsional biofortifikasi menjangkau seluruh wilayah secara nasional sehingga akses pangan bergizi semakin merata. Dukungan sektor swasta juga dapat diperluas ke ranah edukasi dengan membiayai kampanye kreatif di media sosial atau media massa, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi pangan bergizi. Agar kolaborasi ini berkelanjutan, pemerintah dapat memberikan insentif seperti pengurangan pajak atau kemudahan perizinan bagi perusahaan yang berkontribusi aktif. Dengan demikian, CSR bertransformasi dari sekadar kegiatan filantropi menjadi motor penggerak ekosistem pangan fungsional yang mampu menurunkan angka stunting secara nyata dan berkelanjutan.
Komunitas
Dalam model pentahelix, komunitas menjadi subjek utama dan agen perubahan yang paling menentukan keberhasilan di tingkat hulu. Sinergitas dari berbagai elemen masyarakat adalah kunci agar inovasi ini diadopsi menjadi kebiasaan dan budaya baru yang berkelanjutan. Peran ini dijalankan secara sinergis oleh beberapa pilar utama di Kabupaten Pangkep, yaitu sebagai berikut.
Petani Rumput Laut
Para petani rumput laut merupakan penggerak awal dari seluruh proses. Melalui pendampingan dari akademisi dan fasilitasi dari pemerintah dan swasta, petani rumput laut dapat mengadopsi teknologi biofortifikasi untuk menghasilkan bahan baku yang unggul. Keterlibatan petani rumput laut tidak hanya memastikan ketersediaan bahan baku berkualitas, tetapi juga meningkatkan nilai jual hasil panen, yang secara langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga masyarakat pesisir.Â
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)