Mohon tunggu...
Munifa Faa
Munifa Faa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketika mata melihat, telinga mendengar, dan hati merasakan maka tangan akan menulis kata-kata yang tak mampu diucapkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setelah Hujan Ada Embun (di Mata Embun)

21 April 2014   14:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemerisik daun tersapu angin; menyeruakkan aroma rindang pepohonan

Memberi gambaran ketika engkau datang saat pagi menjulang di angkasa

Seketika engkau tertawa manja; menatapku yang menggelantung diantara daundaun cemara

Lalu mengajakku bercengkrama dengan aksaraaksara penuh makna

*

Aku hanya embun, yang ingin menatapmu meski terkadang aku hilang

Aku embun yang ingin menyegarkanmu, memberimu kenangan

sebelum matahari meleburkanku bersama siang

agar engkau selalu menunggu pagi, dan menyapaku kembali dengan senyuman

*

Namun...

Sebelum aku benar-benar lebur bersama cahaya

Aku melihatmu memanggil hujan...

Menyapanya sama seperti aku engkau sapa

Menulisnya dengan pena yang sama; dengan coretan yang tak ada beda

*

Aku ingin memeluknya, erat...

Membebaskan dirinya yang menangis dalam diam...

Aku merasa aku adalah bagian dari dirinya yang tertinggal...

Karena embun ada, setelah hujan redah...

.

.

.

Maros, 20 April 2014

Special untuk seorang wanita, kakakku "Ervyanti Rustan" :) :*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun