Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biarkan Duyung Terus MeLamun

26 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 27 Mei 2018   10:53 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duyung sedang meLamun (sumber: Anugrah Nontji/ Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)

Kadang aku suka geli sendiri tentang mitos air mata duyung itu. Darimana logikanya lendir mata Dugong bisa mempunyai khasiat seperti itu? Manusia memang terkadang aneh, disatu sisi sudah bisa menciptakan teknologi yang begitu canggih, tapi disisi lain masih berkutat dengan tahayul.

Kabarnya, harga satu Dugong bisa dijual sampai seratus juta rupiah. Wow, bukankah itu fantastis? Khusus Air mata Dugong saja bisa dihargai sampai lima juta rupiah. Alasan inilah yang membuat Dugong begitu menggiurkan untuk diburu.

Selain perburuan, terkadangkami juga tertangkap secara tak sengaja oleh jala nelayan ikan, atau istilahnya bycatch. Kalau saja nelayan itu mengerti tentang kami, kami akan dilepas kembali ke laut. Masalahnya, banyak juga nelayan yang tetap menyeret kami ke darat, untuk kemudian menjual kami, baik secara utuh maupun dengan dipotong-potong.

Dugong yang terdampar di pantai (sumber: Anugerah Nontji/Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)
Dugong yang terdampar di pantai (sumber: Anugerah Nontji/Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)
Menurut data WWF Indonesia, WSI (Whale Stranding Indonesia) dan DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project) Indonesia, dalam 2 tahun terakhir ini, setidaknya ada 53 kasus Dugong terdampar, diburu dan terjerat jarring (bycath) baik dalam kondisi hidup maupun mati. Ironi sekali bukan nasib kami?

Plis deh, aku sudah banyak mendengar dari para Dugong yang harus kehilangan kerabat mereka karena terjala secara tak sengaja. Aku juga sempat kehilangan anakku yang terjaring nelayan. Aku sangat sedih jika mengenangnya.  

Rasanya aku perlu buka rahasia soal mengapa perburuan Dugong bisa membuat kami menuju kepunahan. Kami terhitung lambat dalam bereproduksi. Jangan samakan kami dengan ikan-ikan, yang sekali bertelur bisa mencapai puluhan bahkan ratusan telur. 

Kami ini binatang mamalia. Satu ekor Duyung membutuhkan waktu 9-15 tahun untuk menjadi dewasa dan siap bereproduksi. Sementara itu, dibutuhkan waktu 14 bulan bagi Dugong untuk melahirkan satu individu baru setiap 3-7 tahun sekali. Itulah mengapa aku sangat gelisah dengan kelangsungan hidup kami.

Aku gelisah, jangan-jangan aku adalah generasi terakhir dari Dugong-Dugong yang tersisa!

Dugong Semakin Sulit Mencari Makan

Hal lain yang membuatku resah adalah soal kondisi padang lamun tempatku mencari makan. Tunggu, kalian tahu apa itu lamun? Lamun yang menjadi makanan utamaku adalah sejenis tumbuhan  berbunga yang tumbuh di dasar pesisir. Hamparan luas lamun itu yang kusebut padang lamun.

Padang Lamun sebagai sumber utama makanan Dugong (sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Padang Lamun sebagai sumber utama makanan Dugong (sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Nama inggrisnya, Seagrass. Kamus Meriem Webbster (2003) mendefinisikan seagrass sebagai  any of various grass like plants that inhabit coastal areas. Namun lamun bukanlah rumput laut (seaweed). Lebih tepat mungkin kusebut saja ilalang laut, untuk membedakannya dengan rumput laut. Di beberapa wilayah Indonesia sendiri, penamaannya berbeda-beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun