SAINS,FILSAFAT,AGAMA,MUNGKINKAH "DISATUKAN" ?
Mungkinkah sains,filsafat serta agama-tiga ranah besar dlm peradaban manusia yang sama sama bicara "ilmu dan kebenaran" semua bisa disatukan dalam kesatuan epistemologis ? Atau cukup "persatuan makna" ?
Bagaimana orang menyikapi keberadaan ketiganya itu bermacam macam,Ada yg bersikap parsialist; memandang semua ada pada kutub yang saling terpisah yg seolah mustahil untuk saling disatukan,Yg lebih ektrims langsung membenturkan satu sama lain.Dan yg paling bijak adalah yang berupaya membuat "persatuan makna"-walau beda rel-beda cara-beda metodogi-Dengan prinsip bahwa ketiganya sama sama bicara "kebenaran" tapi dari aspek berbeda beda-dengan cara yang berbeda beda-Ini sekaligus kekayaan wacana kebenaran (yang punya banyak sisi dan dimensi)
........
Seperti kita tahu ketiganya punya prinsip-visi misi-rel-tujuan sampai metode ilmiah yang berbeda beda.Bagaimana cara menyatukan hal yang berbeda dalam berbagai aspeknya itu kepada suatu konsep atau gagasan atau makna yang menyatukan ? Serta untuk kepentingan apa kesatuan makna itu mesti dicari ?
Contoh perbedaan prinsipiilnya; Sains (ilmu dunia fisik) punya visi misi mengungkap kebenaran empirik,filsafat menelusuri kebenaran di level logika untuk mencari bentuk kebenaran yg dapat diterima akal,Sedang agama lebih dalam lagi mendalami bentuk kebenaran hakiki-makna makna Ilahiah terdalam dibalik segala suatu yang ada dan terjadi
Secara metode ilmiah pun ketiganya sudah berbeda; Sains memakai metode empirik,filsafat metode akali dan agama gabungan dari metode akali dan wahyu
Obyek bahasan pun berbeda; Sains fokus ke obyek fisik sedang filsafat dan agama lebih orientasi mendalami obyek non fisik
Jadi bicara "persatuan epistemologis" mungkin akan sedikit rancu dan membingungkan mengingat beragam perbedaan fundamental itu tadi.Tapi yang dapat difahami dari ketiganya adalah semua sama sama bicara ilmu dan kebenaran.
Nah masalahnya, ilmu dan kebenaran itu sendiri bukan semata bahasan fisik-bukan wujud atau obyek fisik.Standar akal budi umum ketika bicara ilmu dan kebenaran biasanya mencakup aspek fisik dan non fisik
Maka persatuan antara sains-filsafat serta agama dapat ditemukan pada muara akhir dari ketiganya yaitu mencari ilmu dan kebenaran.
Analoginya ;
Mobil yang bergerak di jalan aspal,kereta api di rel besi dan kapal terbang di udara,Itu jalurnya tak bisa disatukan,tapi semua bisa sama sama menuju ke suatu tempat tertentu.
Jadi tak usah memaksakan misal filsafat serta agama mesti ikut metode sains karena itu metode paling banyak di era milenial,Itu=membunuh karakter agama serta filsafat dan membuat kebenaran hanya dilihat dan difahami hanya di satu sisinya
Yang bijak adalah membuat "pertemuan dan kesatuan makna"; Biarlah 3 institusi besar itu bicara kebenaran dari berbagai aspeknya yang berbeda beda karena kebenaran itu multi dimensi-bukan semata bicara dimensi fisik-materi
Dengan prinsip dan metode yang diberikan oleh ke 3 institusi tsb maka kita akan melihat kebenaran dalam wajah holistik-bukan sesuatu yang dipaksakan harus berwujud empirik
Contoh kasus ; Tenggelamnya kapal Titanic,Apakah orang orang akan memikirkan soal kebenaran seputar tenggelamnya kapat Titanic ini sebatas data data empirik dan selesai hingga disitu ? Tidak,orang biasanya mendalami nilai benar-salah,baik buruknya dari suatu peristiwa,lebih dalam lagi orang beragama biasa mendalami hakikat serta makna Ilahiah dibalik suatu peristiwa
Jadi suatu kebenaran itu memiliki aspek empirik yg ditemukan oleh sains,aspek logika yg ditemukan oleh filsafat dan aspek Ilahiah yang dikemukakan oleh agama
Bagaimana dengan fenomena ada aspek  pertentangan pertentangannya diantara ketiganya yang oleh kaum tertentu yg suka main bentur itu yang selalu di kedepankan ?
Bicara kebenaran memang tidak selalu linear-tidak selalu sistematik-tertata seperti struktur ilmu logika,didalamnya kita bisa menemukan beragam aspek yg seolah bertentangan,Tapi pertentangan itu tidak mesti melenyapkan kesatuan makna yg dicari.Karena pertentangan itu bisa misal karena kesalah fahaman manusia dlm menempatkan sesuatu dalam sesuatu
Contoh nyata; Dalam sains itu tidak semua simpulan,pernyataan,rumusan atau teorinya itu empiris atau faktual,Sebagian masih hipotesa bahkan baru asumsi serta prediksi.Tapi bayangkan bila yg belum tentu empiris itu sudah dibenturkan dengan agama seolah sudah mewakili kebenaran mutlak-pasti-padahal belum tentu benar
Atau contoh lain,Ada ayat ayat kitab suci yang langsung dibenturkan dengan sains hanya karena bicara hal gaib.Padahal agama itu kadang bicara obyek yg sains bisa ikut andil menelusurinya tapi juga kadang bicara obyek yg sains fisika tak perlu ikut campur karena murni persoalan metafisik
Tapi itulah kelakuan "oknum" yg misinya seolah cuma membuat narasi pertentangan untuk kepuasan pribadi dan orang se ideologinya,Mereka selalu mencari cari celah hal apa yang dapat dipertentangkan supaya agama dan sains nampak berlawanan
Bagaimana pembicaraan soal ini di level lebih teknis dengan melibatkan istilah istilah teknis mudah mudahan dapat kita bahas di lain waktu.Disini kita akan mulai dari hal yg sifatnya prinsipiil dulu sebelum mengerucut pada hal yg sifatnya lebih teknis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI