Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Akal dan hubungan paralel dengan alam

12 Oktober 2025   08:41 Diperbarui: 12 Oktober 2025   08:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Arrahim.ID

3.Akal, hukum, dan kebebasan

Jika alam tunduk pada hukum sebab-akibat, apakah akal manusia juga terikat sepenuhnya oleh hukum itu?
Pertanyaan ini telah lama menghantui para filsuf. Bila segala sesuatu di alam ini ditentukan oleh kondisi sebelumnya, maka apakah keputusan kita; berpikir, memilih, mencipta-juga hanyalah hasil dari rantai sebab-akibat yang tak bisa dihindari ? Apa makna "kebebasan" bagi manusia bila dibalik semua tindakan bebasnya ada rantai mekanisme sebab akibat alami yang telah ditentukan ?

Di sinilah letak keajaiban akal: ia lahir dari sistem alam yang deterministik, tetapi mampu melampauinya. Akal memang berpijak pada keteraturan, tetapi ia bukan sekadar cermin dari hukum-hukum alam; ia mampu memahami, menafsir, bahkan mengelola hukum itu menjadi ilmu pengetahuan semisal teknologi

Spinoza, misalnya, menyebut kebebasan bukan sebagai ketiadaan hukum, melainkan sebagai pemahaman atas hukum. Semakin kita memahami tatanan alam, semakin kita bertindak dengan sadar, bukan secara membabi buta. Maka, kebebasan sejati justru muncul dari kedalaman pengetahuan terhadap keteraturan yang mendasari dunia.

Dalam terang ini, akal manusia bisa dipahami sebagai jembatan antara determinisme dan kebebasan. Ia bekerja dengan hukum sebab-akibat, namun mampu membaca makna di baliknya. Ia lahir dari alam yang tunduk pada hukum, tetapi dapat menatap melampaui hukum itu untuk mencari sumbernya-yakni Tuhan sebagai Akal Tertinggi (Nous kata Aristoteles).

Maka, manusia bukan makhluk yang sepenuhnya bebas dari hukum, tetapi juga bukan budak dari hukum. Ia adalah makhluk yang dapat memahami hukum dan melalui pemahaman itu, ikut berpartisipasi mengikuti kebijaksanaan ilahi yang menata semesta-Maka di dunia manusia muncul "ilmu pengetahuan".Ilmu pengetahuan bukanlah sepenuhnya ciptaan manusia tapi lebih merupakan partisipasi manusia mengikuti apa yang telah Tuhan desain-Ilmu pengetahuan bukan berdiri atau muncul dari ruang kosong tapi dari system alamiah yang telah ada sebelumnya

Akal, dengan demikian, adalah karunia yang memungkinkan manusia mengenali pola ciptaan, memahami maknanya, dan bahkan menambah keindahan sistem itu lewat tindakan sadar.
Kita tidak melawan hukum alam; kita berdialog dengannya.Dan dalam dialog itulah, kebebasan yang sejati ditemukan.Maka hukum alam tidak menciptakan ketidak bebasan tapi melahirkan kebebasan yang tetap terkendali karena se bebas apapun manusia ia tak bisa keluar dari system Ilahi
...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun