Nah penjelasan diatas adalah argumentasi ketidak sesuaian faham monisme bila digunakan untuk merekonstruksi realitas dan kesesuaian prinsip dualisme bila digunakan untuk merekonatruksi realitas.dan bagaimana prinsip dualisme mengkonstruks realitas telah sering saya jelaskan pada artikel artikel sebelumnya.
Dimana prinsip dualisme itu pula yang digunakan oleh kitab suci agama Ilahi untuk merumuskan apa itu bentuk 'kebenaran' yang dapat di nalar atau dapat difahami oleh akal fikiran manusia karena pada dasarnya akal adalah peralatan berfikir yang berfungsi untuk merekonstruksi hal hal yang berkonstruksi dualistik
Artinya,pada dasarnya Tuhan tidak menciptakan satu substansi tapi setidaknya menciptakan dua substansi dasar atau utama sebagai instrument atau bahan pembentuk realitas,mengapa ?
Tiada lain makna nya adalah agar terjadi dinamika kehidupan termasuk dinamika berfikir dalam diri manusia yang mengamatinya.sebagai contoh,agar manusia dapat memahami sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang substansinya saling berlawanan,misal faham apa itu gelap,kegelapan karena membandingkannya dengan cahaya,faham apa itu benar-baik karena membandingkannya dengan salah-buruk. juga agar manusia dapat berfikir secara dinamis mencari cari kebenaran sejati setelah difahami adanya hal hal yang tidak benar-sesat-batil dalam kehidupan ini
Jadi setelah di wilayah hakikat kita memahami segala suatu sebagai berasal dari yang satu-Tuhan maka di wilayah (pemahaman terhadap) prinsip dualisme kita mengenal prinsip 'logika'.logika adalah konsep yang lahir karena adanya pemahaman terhadap hal hal yang bersifat dualistik atau saling berpasangan dalam realitas yang diantaranya ada yang saling menghancurkan seperti benar dan salah, kehidupan-kematian,musim hujan-musim kemarau dlsb. disamping yang saling menyatu padu seperti lelaki-perempuan,siang-malam dlsb.dalam dunia filsafat dinamika adanya prinsip dualisme itu melahirkan hukum hukum logika
Maka karena itu prinsip monisme itu menjadi prinsip filsafati yang sulit di logika kan atau dalam arti tidak bisa digunakan merekonstruksi realitas dengan memakai prinsip logika karena prinsip logika meniscayakan pemahaman terhadap adanya dua dua substansi yang saling berbeda satu sama lain
Dalam arti lain filsafat atau prinsip cara pandang monistik yang lahir dari dunia filsafat itu berlawanan dengan prinsip dualisme yang menjadi konstruksi kebenaran yang diajarkan kitab suci sebagai bentuk kebenaran Ilahiah yang bisa di nalar atau bisa dibaca oleh akal fikiran manusia
Pun misal ketika Baruch Spinoza berupaya menarik seluruh realitas termasuk alam semesta kedalam pemahaman satu substansi sebagai 'Tuhan' maka akan terjadi hal yang serba ambigu.misal bagaimana membedakan Sang pencipta dengan ciptaanNya lalu bagaimana menjelaskan adanya hal hal yang berlawanan dengan konsep Tuhan semisal adanya kejahatan
Maka tetap perlu konsep yang berpijak pada prinsip dualistik untuk menjelaskannya agar hal yang absurd-ambigu itu tidak ada lagi dan semua dapat dijelaskan secara konstruktif dengan menggunakan argumentasi serta kaidah keilmuan (konstruksi keilmuan) yang dapat difahami secara ilmiah oleh cara berfikir akal fikiran
Bahkan bisa disebut prinsip monistik itu suatu yang dapat membunuh logika. contoh prinsip monistik yang masuk ke ranah sufisme yang lalu melahirkan ajaran manunggaling kawula gusti.disini dua 'substansi' atau dua hakikat yang berbeda antara Tuhan-makhluk dengan segala atribut-termasuk sifatnya yang seharusnya serba berbeda dan berlawanan menjadi rancu dan ambigu,mana manusia-mana Tuhan sudah tak bisa di jelaskan secara konstruktif
Maka pemahaman terhadap prinsip dualisme harus senantiasa dijaga demi untuk menjaga tegaknya akal dalam jiwa