Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Filsafat Monisme dan Prinsip Dualisme, Mana yang Ideal?

23 November 2019   11:02 Diperbarui: 23 November 2019   13:19 4496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: banuabiznet.com

Terkait dengan substansi yang membentuk atau mengkonstruks realitas bila kita bercermin pada dunia filsafat maka ada tiga arus besar pandangan yang berbeda yaitu monisme, dualisme dan pluralisme 

Monisme berpandangan bahwa hanya ada satu substansi yang membentuk  realitas, dualisme berpandangan ada dua dan pluralisme memandang ada banyak

Tentu keliru kalau mengatakan semua pandangan tersebut adalah benar sebab didalamnya terdapat pandangan yang substansinya saling berlawanan.lalu,mana yang benar dan bagaimana kita dapat menakar kebenarannya ?

Salah satu cara untuk mengukur kebenarannya dalam ranah filsafati adalah pertama, mengukurkannya dengan kenyataan dan kedua, menganalisis asas rasionalitas nya

Contoh pandangan monisme yang berpandangan bahwa hanya ada satu substansi atau berpandangan realitas dibentuk oleh satu substansi maka bila kita bercermin pada agama maka dalam agama ada pemahaman teologis  bahwasanya segala suatu itu hakikatnya sebagai berasal dari yang satu yaitu Tuhan-kehendakNya, itu bila semua harus ditarik pada Tuhan yang satu.artinya seluruh realitas yang majemuk itu hakikatnya berasal dari satu kehendak serta desain Tuhan.dan artinya juga bahwa segala suatu yang ada dan terjadi dalam realitas tidak ada yang berada diluar kehendak atau rancanganNya. dalam agama menarik keseluruhan yang Ada-terjadi pada satu pandangan yang Ilahiah dikonsep dalam suatu cara pandang yang disebut 'hakikat' yang melahirkan bentuk ilmu hakikat

Tapi bagaimana cara menjelaskan bahwasanya ada hal hal yang saling berlawanan dalam realitas yang diciptakan Tuhan itu semisal ada panas dan dingin,air dan api,benar dan salah,kebaikan dan kejahatan dlsb.yang semua hal berlawanan itu menimbulkan pertentangan,benturan bahkan saling menghancurkan atau saling melenyapkan satu sama lain sehingga untuk me rekonstruksi nya tak bisa bertumpu pada penjelasan berdasar prinsip satu substansi lagi

Dan sebagaimana perbuatan seseorang tak bisa dinilai baik sekaligus jahat,atau sesuatu tak bisa di nilai benar sekaligus salah,perasaan tak bisa gembira sekaligus sedih atau sesuatu tak bisa disebut panas sekaligus dingin,pikiran manusia tak bisa disebut immateri sekaligus materi,maka terhadap hal yang berlawanan itu kita harus memandangnya sebagai berasal dari dua substansi yang berbeda karena bila berasal dari satu substansi maka tidak akan terjadi hal yang serba berlawanan serta saling melenyapkan itu

Dengan kata lain,sulit menjelaskan secara rasional-terstruktur,konstruktif adanya berbagai hal yang serba berlawanan dalam realitas kehidupan ini kalau semua ditarik pada pandangan monisme-pandangan satu substansi.

Ibarat sulit menjelaskan secara rasional adanya banyak protes, pertentangan, perlawanan di masyarakat suatu negara terhadap pemerintahannya kalau pemerintah dan masyarakat itu satu hati.adanya perlawanan di masyarakat meng indikasikan bahwa hati penguasa dan hati masyarakatnya terbagi pada dua kategori yang berbeda

Adanya hal hal yang serba berlawanan di dunia ini sehingga sebagai contoh banyak terjadi perselisihan hingga peperangan itu karena misal ada kepentingan politik atau ekonomi yang satu sama lain saling berlawanan dan yang saling berlawanan itu substansi nya pasti berbeda

Sebagaimana halnya analoginya sebuah ceritera film atau sandiwara,memang 'hakikat' nya berasal dari satu pembuat ceritera yang satu tapi untuk melahirkan tema ceritera maka sang pembuat ceritera harus mendesain dua tokoh yang 'substansi' atau karakteristiknya berbeda dimana yang satu di posisikan sebagai 'protagonis' dan yang satu sebagai 'antagonis'

Nah penjelasan diatas adalah argumentasi ketidak sesuaian faham monisme bila digunakan untuk merekonstruksi realitas dan kesesuaian prinsip dualisme bila digunakan untuk merekonatruksi realitas.dan bagaimana prinsip dualisme mengkonstruks realitas telah sering saya jelaskan pada artikel artikel sebelumnya.

Dimana prinsip dualisme itu pula yang digunakan oleh kitab suci agama Ilahi untuk merumuskan apa itu bentuk 'kebenaran' yang dapat di nalar atau dapat difahami oleh akal fikiran manusia karena pada dasarnya akal adalah peralatan berfikir yang berfungsi untuk merekonstruksi hal hal yang berkonstruksi dualistik

Artinya,pada dasarnya Tuhan tidak menciptakan satu substansi tapi setidaknya menciptakan dua substansi dasar atau utama sebagai instrument atau bahan pembentuk realitas,mengapa ?

Tiada lain makna nya adalah agar terjadi dinamika kehidupan termasuk dinamika berfikir dalam diri manusia yang mengamatinya.sebagai contoh,agar manusia dapat memahami sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang substansinya saling berlawanan,misal faham apa itu gelap,kegelapan karena membandingkannya dengan cahaya,faham apa itu benar-baik karena membandingkannya dengan salah-buruk. juga agar manusia dapat berfikir secara dinamis mencari cari kebenaran sejati setelah difahami adanya hal hal yang tidak benar-sesat-batil dalam kehidupan ini

Jadi setelah di wilayah hakikat kita memahami segala suatu sebagai berasal dari yang satu-Tuhan maka di wilayah (pemahaman terhadap) prinsip dualisme kita mengenal prinsip 'logika'.logika adalah konsep yang lahir karena adanya pemahaman terhadap hal hal yang bersifat dualistik atau saling berpasangan dalam realitas yang diantaranya ada yang saling menghancurkan seperti benar dan salah, kehidupan-kematian,musim hujan-musim kemarau dlsb. disamping yang saling menyatu padu seperti lelaki-perempuan,siang-malam dlsb.dalam dunia filsafat dinamika adanya prinsip dualisme itu melahirkan hukum hukum logika

Maka karena itu prinsip monisme itu menjadi prinsip filsafati yang sulit di logika kan atau dalam arti tidak bisa digunakan merekonstruksi realitas dengan memakai prinsip logika karena prinsip logika meniscayakan pemahaman terhadap adanya dua dua substansi yang saling berbeda satu sama lain

Dalam arti lain filsafat atau prinsip cara pandang monistik yang lahir dari dunia filsafat itu berlawanan dengan prinsip dualisme yang menjadi konstruksi kebenaran yang diajarkan kitab suci sebagai bentuk kebenaran Ilahiah yang bisa di nalar atau bisa dibaca oleh akal fikiran manusia

Pun misal ketika Baruch Spinoza berupaya menarik seluruh realitas termasuk alam semesta kedalam pemahaman satu substansi sebagai 'Tuhan' maka akan terjadi hal yang serba ambigu.misal bagaimana membedakan Sang pencipta dengan ciptaanNya lalu bagaimana menjelaskan adanya hal hal yang berlawanan dengan konsep Tuhan semisal adanya kejahatan

Maka tetap perlu konsep yang berpijak pada prinsip dualistik untuk menjelaskannya agar hal yang absurd-ambigu itu tidak ada lagi dan semua dapat dijelaskan secara konstruktif dengan menggunakan argumentasi serta kaidah keilmuan (konstruksi keilmuan) yang dapat difahami secara ilmiah oleh cara berfikir akal fikiran

Bahkan bisa disebut prinsip monistik itu suatu yang dapat membunuh logika. contoh prinsip monistik yang masuk ke ranah sufisme yang lalu melahirkan ajaran manunggaling kawula gusti.disini dua 'substansi' atau dua hakikat yang berbeda antara Tuhan-makhluk dengan segala atribut-termasuk sifatnya yang seharusnya serba berbeda dan berlawanan menjadi rancu dan ambigu,mana manusia-mana Tuhan sudah tak bisa di jelaskan secara konstruktif

Maka pemahaman terhadap prinsip dualisme harus senantiasa dijaga demi untuk menjaga tegaknya akal dalam jiwa

.......................

Lantas bagaimana dengan prinsip pluralisme yang memandang adanya banyak substansi yang membentuk realitas ?... sebaiknya dijelaskan pada artikel bagian kedua

Bersambung ...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun