Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Homestay, Liburan Murah tapi Tetap Asyik

3 Maret 2020   12:40 Diperbarui: 3 Maret 2020   20:46 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepulang para tamu dari Pantai Senggigi, Kurnaen meminta tamu-tamunya bergabung di meja teras yang dilengkapi banyak kursi kayu. Layaknya sebuah keluarga besar, ia menciptakan suasana seperti di meja makan keluarga. Kue-kue tradisional gratis dia keluarkan. Untuk minuman berbayar, para tamu boleh memesan atau mengambil langsung dari kulkas. Dia juga menghidangkan banyak sekali buah durian Lombok.

"Kebetulan ada teman yang punya kebun durian sedang panen. Saya dikirim sekarung. Tidak usah dibeli, ambil saja sepuasnya," kata Kurnaen.

Tamu malam itu kebetulan orang bule semua. Hanya seorang yang bukan. Namun durian itu laris manis. Austin Dealy, turis dari Polandia dan istrinya mengangguk-angguk puas atas rasa durian yang berukuran kecil namun manisnya mantap ini.

"I like it," kata ujar Dealy dengan nada takjub.     

Sementara  Miroslove dan istrinya, pasangan dari Jerman  selain durian, mencoba juga mencicipi tuak yang diambil dari pohon enau. Dihidangkan dalam botol air mineral besar, semua boleh mencobanya gratis. Jamuan ini sukses membuat  tamu semakin betah. Tak ayal Dealy mengutarakan rencananya, akan memperpanjang masa menginap di sini menjadi seminggu, dari rencana 5 hari.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Butuh makanan tradisional ? Istri Kurnaen menyiapkan jasanya sebagai koki yang andal. Kendati bahan masakan yang dimaksud para tamu tak selalu ada di kulkasnya, namun dia selalu berusaha menyediakan keinginan para tamu, dengan menambah persedian bahan makanannya ke pasar. 

Ayam Taliwang dan Plecing kangkung makanan khas Lombok, ia siapkan pada malam hari, sepulang berbelanja. Harganya benar benar santun, seekor ayam Taliwang utuh dihargai hanya 25 ribu rupiah dan plecing kangsung dalam porsi besar hanya 15 ribu rupiah. Rasa ? Bintang lima.

Menginap di homestay penduduk asli, sama dengan menginap di humas yang terbaik. Mereka mengetahui dengan baik lokasi dan spot wisata terbaik daerahnya. Kurnaen menyarankan tamu penikmat sunset untuk ke Pantai Tanjung Aan, di Lombok Tengah. "Naik ke Bukit Merese. Itu spot terbaik untuk menikmati sunset," sarannya.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Lalu ada pula humas yang baik, Mas Angit. Pemilik homestay Maqmil, di daerah dekat Candi Prambanan Jogjakarta. Dia  membisikan ada Festival Candi Kembar, Candi Plaosan. 

Jadi tujuan semula hanya menonton sendratari Ramayana di Candi Prambanan, mendapat bonus festival rakyat. Dengan sigap dia menawarkan penggunaan sepedanya, atau boleh juga diantarkan dengan sepeda motor ke lokasi festival. Gratis pula.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Kebaikan hati semacam inilah yang banyak mengikat para tamu. Kamar yang ditawarkan Mas Angit, senilai 130 ribu. Fasilitas tidak semewah milik Kurnaen, namun kenyamanan dan keamanan bisa kita peroleh juga di sini. Tak ada shower panas, tapi ada dapur yang dia sediakan. Boleh memasak, atau merebus air mandi sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun