Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paceklik Orang Pulau

23 Januari 2020   20:51 Diperbarui: 23 Januari 2020   20:53 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sepi, Pak, nggak ada tamu. Saya lagi paceklik. Bawa lah teman-teman bapak main ke sini," ujar Jovi, penduduk asli Pulau Tidung melalui telpon pada "teman lamanya", Iwan BSN.

Jovi mengenal Iwan, Ketua Komunitas Pemakai Angkutan Umum (Pemangku) Jakarta, dua tahun lalu. Saat itu Iwan membawa rombongan komunitasnya berlayar ke Pulau Tidung.

Selain sebagai anak buah kapal yang ditumpangi Iwan dan kawan-kawan, Jovi menyambi bertindak sebagai tour guide, memberikan pelayanan paket lengkap, mencarikan penginapan, tiket, makan dan fasilitas lainnya di Pulau Tidung.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Dua tahun lalu pula, kapal tempatnya bekerja terbakar, tenggelam dan menewaskan banyak orang. Ia kehilangan pekerjaan tetapnya, dan meneruskan pekerjaan sampingannya menjadi pekerjaan utama, penyedia paket tour pulau. Dia memberlakukan sistim paket makin banyak makin murah.

Jika rombongan berjumlah 30 orang, maka satu orang kena charge sebesar 300 ribu rupiah, untuk tiket pulang pergi, menginap, jelajah pantai dan sebagainya. Jika jumlah anggota rombongan lebih banyak, maka harga bisa menjadi lebih murah.  

dok. pribadi
dok. pribadi
Kepada Iwan, Jovi bercerita bahwa sejak banjir awal tahun lalu, nyaris tak ada wisatawan yang pesiar ke Pulau Tidung, juga pulau-pulau lainnya di sekitar Kepulauan Seribu. Ditambah angin barat yang sering membuat gelombang besar, komplit sudah alasan calon wisatawan untuk menunda berwisata bahari.

"Padahal nggak apa apa kok, aman, Pak," kata Jovi berusaha  meyakinkan.

Hidup Jovi dan keluarganya memang amat bergantung dari kedatangan wisatawan ke Pulau Tidung, tempatnya tinggal.  Memang dia memiliki sebuah kapal kayu kecil untuk menangkap ikan. Namun jika tak ada yang berkunjung ke pulau, tak ada orang tempat dia bisa menjualnya.

dok. pribadi
dok. pribadi
Sepinya pengunjung ke pelabuhan yang tengah direnovasi ini, dibenarkan oleh pemilik warung makan di Pelabuhan Kali Adem, Ibu Sri. "Biasanya kalau lagi ramai,  pagi jam 10-an  nasi dan lauknya udah habis. Sekarang jam segini masih banyak," katanya pukul 13.30, Rabu 22 Januari 2020.

Ia membenarkan, sejak banjir awal tahun, pelabuhan ini amat sepi. Mereka yang berlalu-lalang kebanyakan penghuni dan orang orang pulau yang memiliki keperluan sehari-hari antar pulau. Kendati ada wisatawan, bisa dihitung dengan jari.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Menurut Afit Wibowo, petugas keamanan dari dinas perhubungan di Pelabuhan Kali Adem, jika musim libur tiba dan cuaca mendukung, pelabuhan ini kebanjiran wisatawan. "Bisa sampai 9000 orang per hari yang nyeberang ke Pulau," kata Afit.

Kapal milik dinas perhubungan berjumlah 6 buah, dengan masing masing kapsitas 40 orang penumpang, bisa melayani 3 kali trip seharinya. "Satu kali perjalanan rata-rata 2 jam, bisa menjadi 3 jam kalau sedang  ada badai," jelas Afit. Sebagian besar penumpang diangkut oleh kapal-kapal kayu milik masyarakat di berbagai pulau,  yang mencapai  lebih dari 150 buah.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Prihatin pada kondisi Jovi, Iwan berusaha memberi sedikit bantuan dengan membeli ikan laut hasil tangkapan Jovi. Jovi mempromosikan istrinya sebagai koki yang hebat. "Masakan istri saya kepake di pulau pak," katanya. Setelah ikut berbagai kursus memasak dari PKK setempat, keahlian istrinya membuatkan makanan bagi wisatawan semakin meningkat.
Namun karena bukan orang bisnis, istri Jovi ragu-ragu memberikan harga masakannya.
dok. pribadi
dok. pribadi
"Biasanya kalau ikan tongkol hasil tangkapan, dijual 30 ribu sekilo. Ini dapet 5 kilo, bumbunya 50 ribu, terserah bapak,  mau dibeli berapa. Kalau dari saya harganya, takut dibilang mahal," kata istri Jovi pasrah.
Kesepakatan terjadi. Rabu itu Iwan membawa 5 anggota Pemangku untuk memborong ikan hasil tangkapan Jovi yang sudah dimasak.  Mencapai Pelabuhan Kali Adem saat ini relatif amat mudah dan murah. Naik Trans Jakarta dari arah Blok M, lalu berganti arah ke Kali Adem dari halte Stasiun Kota, hanya dengan mengeluarkan uang tiket sebesar 3.500 per orang.
dok. pribadi
dok. pribadi
Sekitar pukul 13.00, sebuah kapal kayu bernama "KM Jelajah Pulau Pari Island" berlabuh. Membawa masakan istri Jovi. Nakhodanya, Bang Bewok memberikan titipan ikan tongkol pepes dari Pulau Tidung, dan membolehkan komunitas Pemangku makan di atas kapalnya. (Uci Anwar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun