Mohon tunggu...
Uchan dug
Uchan dug Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syariah UIN SMH BANTEN

langkah awal untuk bisa berkarya dalam tulisan, mungkin ini akan menjadi wadah tentang tugas kampus saya dan cerita ceita kehidupan saya, dan enterpretasi terhadap lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alam Terbuka Mengajarkan untuk Saling Memahami

6 November 2018   18:34 Diperbarui: 6 November 2018   18:48 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan adalah momen liburan yang paling mengasyikan dalam hidup, dari perjalanan, kita bisa mendapatkan pengalam baru dan pengetahuan. Dengan bermain di alam terbuka sungguh membuat sensasi yang begitu memanjakan diri, alam yang sanagat indah dipandang dengan mata terbuka, sungguh eksotis untuk dinikmati. 

Apalagi sekarang berada dalam era digital bahwa perjalanan ke alam terbuka sunggguh mengasyikan dan menyenangkan untuk di share ke media sosial seperti instagram, facebook, tweeter, path, dll.

Namun, masalah tidak bisa diprediksi kapan saja datang, dimana pun dan kapan pun, dalam perjalan, kita tidak punya persiapan untuk itu, bahkan kita sering tidak membawa orang  yang punya kahlian khusus untuk menjadi pemandu perjalanan liburan.

sebagai generasi muda kita harus bisa memanfaatkan apa yang kita miliki untuk bisa mengatasinya. Seperti dalam kejadian berikut. Saya membawa tujuh orang yang berlatarbelakang berbeda dari ke tujuh orang itu ada dua orang mahasiswi dan satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan satu anaknya.

Satu orang  supir, dan satu orang ahli biologi yang terbiasa hidup di hutan, pada saat itu saya dan rombongan, sudah selesai melakukan liburan di hutan, namun ditengah perjalanan, karena kita menggunakan mobil yang cukup tua. belum sampai keluar  dari hutan tersebut, mobil yang kita gunakan mogok.

Saya mula menenangkan para rombonga, karena mereka kebingungan bagaimana bisa samapi kepenginapan sekarang, sedangkan jarak dari penginapan masih 32 KM, waktu mulai beranjak malam, untuk meminta bantuanpun mustahil, karena smart phone yang dimiliki anggi seorang mahasisiwi, batrai nya dihabiskan dengan selfie-selfie tadi.

Begitupun hand phone kenaya seorang mahasiswi juga, batrai hand phonenya sudah low, pada saat pemberangkatan, ada hand phone fred yang masih menyala, itu pun tidak ada sinyal, karena kerusakan mobil, yang tidak bisa diperbaiki dengan alat yang ada, kita terpaksa untuk menginap di tengah-tengah hutan.

Maslah terus berdatangan karena kepanikan orang-orang, kita ketahui di malam hari, dimana tempat keluarnya hewan-hewan buas mulai keluar untuk mencari mangsa.

Begitupun kevin anak dari pasangan lukman dan parita, mengidap penyakit asma, sedangkan kedua orang tua kevin tidak membawa obat-obatan, kebingungan terus menghampiri kami bertujuh, tidak dengan orang tua yang berumur 78 tahun, yaitu fred, ia seorang ahli biologi yang hidupnya sudah terbiasa berada dihutan, malam atau pun siang, ia  tidak sedikit memperdulikan kegaduhan dalam lingkungannya.

Saya sebagai generasi yang solutip, saya terus berpikir keras bagaimana membawa pulang ketujuh orang ini dalam keadaan seperti ini, saya mecoba untuk mengatur ketujuh orang, pada awalnya ada sedikit penolakan dari lukman, seorang ayah dari kevin.

Pada saat ketika saya mengusulkan untuk meninggalkan bus tua ini dan mencari tempat yang lebih aman dan mencari tempat yang terdapat sinyal, sebelum esok pagi, karena kita menggunakan  hand phone fred yang bermodel  polyphonic, ia merasa tak perlu memiliki ponsel pintar,karena cukup bertahan lama batrai nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun