Mohon tunggu...
Setiadi Ranutinoyo
Setiadi Ranutinoyo Mohon Tunggu... -

Ikut membangun perpustakaan IKJ-LPKJ (1975 - 1982); menjadi redaktur majalah pertanian Trubus (1982-1990); sebagai redaktur pelaksana majalah pertanian Tumbuh (1990 - 1994)dan merangkap sebagai redaktur pelaksana Tabloid Warta Usaha Kadin Indonesia (1990 - 1995); ikut membangun Perpustakaan dan Dokumentasi Taman Buah Mekarsari (1995 - 2000); sebagai penulis bebas; menulis buku buku pertanian sejak 1982 - sekarang yang diterbitkan oleh penerbit buku Penebar Swadaya dan Majalah Flona. Selain itu, bersama Tim Agrimina Kultura, menulis buku perikanan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama

Selanjutnya

Tutup

Money

Peluang dan Potensi Ikan Mas untuk Usaha Rumah Tangga

24 November 2011   04:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 12257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy


Sumber: (1). Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS-Jakarta, dalam Analisis Perkembangan Tingkat Konsumsi Ikan Nasional oleh Suhana, Dewan Direktur Ocean Watch dan Pemerhati Masalah Kelautan dan Perikanan, http//;ocean.iuplog.com, http//:nelayanindonesia.blogspot.com.; (1). Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta: BPS, 2005, 2007, 2009.

Bila konsumsi ikan mas rata-rata selama Periode 2003 – 2009 dijadikan patokan, yang besarnya 0,19 kg perkapita pertahun, maka kebutuhan ikan mas berdasarkan pengeluaran untuk penduduk Jakarta, yang tercatat sebagai pengonsumsi ikan terbesar secara nasional, yang jumlah penduduknya pada tahun 2009 diperkirakan 9.223.000. jiwa,besarnya 1.752,37. ton pertahun.

Di luar kebutuhan ini, juga berdasarkan keterangan nara sumber pedagang ikan di atas, ikan mas juga dibutuhkan oleh restoran, warung makan, catering, dan warung lainnya. Karena yang masuk restoran atau warung makan ini tidak hanya penduduk Jakarta saja, bisa saja penduduk luar Jakarta yang ‘mampir jajan’ di ibukota ini,maka total kebutuhan ikan mas untuk memenuhi semuanya itu kurang lebih berikut ini.

§Berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi ikan mas perkapita

o1.752,37. ton pertahun

§Berdasarkan belanja restoran/warung makan/kedai

oBelanja warung makan perhari berdasarkan informasi dari pedagang ikan, antara 2 – 3 kg dan 5 – 10 kg, atau rata-rata 5 kg. Jumlah warung makan yang tercatat sampai 2007/2008 adalah 33.574 warung. Dengan demikian kebutuhan ikan mas kurang lebih 60.433,20. ton pertahun.

§Berdasarkan belanja pedagang makanan kaki lima

oMenurut Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), khususnya pedagang pecel lele yang sudah terdaftar di Jakarta 6.000. pedagang. Biasanya, pedagang makanan ini, menyediakan menu pecel lele dan juga ikan mas, gurame, bawal, dll. Bila asumsi belanja ikan mas seperti di Pasar Minggu, 2 – 3 kg atau rata-rata 2,5 kg perhari, makakebutuhkan ikan mas kurang lebih 5.400. ton pertahun.

oTROBOS, 1 Oktober 2007, melaporkan, untuk wilayah Jabodetabek tercatat ada 15.000. unit warungtenda yang menyajikan menu pecel lele dan tentu juga menu ikan mas. Bila menggunakan angka rata-rata seperti sebelumnya, kebutuhan ikan mas untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya kurang lebih 13.500. ton pertahun.

§Berdasarkan belanja katering atau jasa boga yang terdaftar

oUsaha katering atau jasa boga atau sejenisnya, yang tercatat 185 usaha. Kalau menggunakan banyaknya ikan mas yang dibutuhkan katering seperti di Pasar Minggu rata-rata 20 kg perhari, makadalam setahun membutuhkan kurang lebih 1.332. ton.

§Berdasarkan belanja warung nasi padang

oWarung nasi padang atau rumah makan padang di Jakarta ada 65 tempat (www.ayojajan.com). Dari tempat ini, menurut catatan Ikatan Warung Padang Indonesia (Iwapin), di wilayah Jakarta dan sekitarnya ada kira-kira 20.000 rumah makan padang (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

oMengambil contoh dari Pasar Minggu, setiap warung padang (juga warteg dan warung sunda), belanja 2 – 3 kg (rata-rata 2,5 kg) ikan mas ukuran 4 dan 6 ekor perkilogram perhari.Dengan demikian kebutuhan ikan mas untuk warung nasi padang ini kurang lebih 18.000. ton pertahun.

§Berdasarkan belanja warteg

oMengutip Kompas, 9 Mei 2008, warung tegal (warteg) yang tergabung dalam Koperasi Warung Tegal (Warteg) di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), sekitar 26.000. warung. Tahun 2008 sekitar 30 persen warteg yang gulung tikar. Jadi yang masih eksis kurang lebih 18.200. warung. Sebagaimana warung nasi padang, kebutuhan ikan mas rata-rata perhari 2,5 kg. Kalau tahun 2009/2010 dianggap warteg yang masih hidup 18.200. warung, maka kebutuhan ikan mas warung ini kurang lebih 16.380. ton pertahun.

§Total kebutuhan ikan mas di Jakarta

oSebetulnya di samping warung-warung di atas masih ada warung sunda, atau warung-warung semacamnya yang menyediakan menu masakan ikan mas. Namun karena keterbatasan data kebutuhan warung-warung ini tidak bisa disajikan di sini.

oDengan asumsi di atas, total kebutuhan ikan mas untuk wilayahJakarta dan sekitarnya kurang lebih111.397,57. ton pertahun.

Apakah kebutuhan ikan mas untuk wilayahJakarta dan sekitarnya111.397,57. ton pertahun atau kurang lebih 305,2 ton perhari bisa dipenuhi? Yang pasti, produksi ikan mas di Jakarta dan sekitarnya relatif tidak mencukupi kebutuhan itu. Karenanya wilayah ini membutuhkan pasokan ikan mas dari daerah. Pemasok utama untuk pasar di sini adalah Jawa Barat.

Produksi ikan mas di Jawa Barat diperkirakan 124 ribu ton (Periode 2002 – 2006) sampai 147.808. ton (Periode 2006 -2010). Dari jumlah ini, ikan mas dari Jawa Barat didistribusikan ke Jakarta, Surabaya, Semarang, Sumatera Selatan, Bandung, Lampung, Bogor, dan Cirebon; dan tersiar kabar juga diterbangkan ke Malaysia.

Sementara itu, bila menggunakan konsumsi ikan mas perkapita pertahun 0,19 kg, maka Jawa Barat membutuhkan ikan mas sampai 7.885,3. ton pertahun untuk memenuhi konsumsi penduduknya yang kurang lebih 41.501.500. jiwa pada tahun 2009. Bila total produksi 147.808. ton (periode 2006 – 2010), lalu 111.397,57 ton didistribusikan ke Jakarta; yang 7.885,3 ton dikonsumsi sendiri; dan yang 28.525,13. ton, akankah cukup didistribusikan ke daerah lain ? Ini masih tanda tanya. Sebab, kalau pendistribusiannya memang seperti ini, maka kurang lebih 75% produksi ikan mas Jawa Barat masuk ke Jakarta; hanya sekitar 5% untuk dikonsumsi sendiri; dan kira-kira 20% didistribusikan ke daerah lain.

Kalau hanya berpatokan pada ‘angka’ produksi ikan mas secara nasional tahun 2009 kurang lebih 446.000. ton, dengan tingkat konsumsi 0,19 kg perkapita pertahun (penduduk Indonesia tahun 2009 kira-kira 231.369.300. jiwa), kelihatannya memang tidak ada masalah dengan penyediaan ikan air tawar ini. Kalau begitu kenapa harga ikan mas masih tetap tinggi ? Kenapa pedagang penampung di atas tidak menerima jumlah pasokan sesuai dengan permintaannya ? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini secara tidak langsung menyajikan gambaran permasalahan mengenai ‘keajekan (kontinuitas)’ dalam penyediaan ikan mas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut, paling tidak untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dengan kata lain:

§pasar Jakarta sebagai pasar induk ikan untuk wilayah sekitarnya, membutuhkan ‘keajekan’ pemasokan ikan mas;

§agar pemasokannya ‘ajek’ dibutuhkan ‘keajekan’ dalam produksi;

§‘keajekan’ dalam produksi merupakan ‘kata kunci’; atau karena produksi tidak ‘ajek’ pemasokan terganggu; jadi, ‘ketidakajekan’ produksi membuat ‘ketidakajekan’ pemasokan;

§karena ‘tidak ajek’, peluang usaha membudidayakan ikan mas menjadi terbuka lebar sampai terpenuhinya ’keajekan’ baik dalam produksi maupun pemasokan;

§hanya saja, bagi calon pelaku usaha ikan mas, perlu memperhatikan, kapan waktu yang tepat memulai usahanya. Catatan dari pedagang TPI di atas; dan catatan dari nara sumber di bawah perlu digarisbawahi secara tebal.

7.Peluangnya bagi usaha rumah tangga

[caption id="attachment_145498" align="aligncenter" width="300" caption="Dipelihara di kolam sederhana juga bisa"][/caption] Asalkan pilihan waktu memulainya tidak salah, usaha membudidayakan ikan mas tidak membuat orang menjadi bangkrut. Untuk memulai usaha tidak harus menyediakan lahan yang luas. Dengan lahan terbatas di sekitar rumah usaha tersebut sudah bisa dimulai. Silakan simak pernyataan penampung ikan dari Sawangan di atas yang berani mengatakan kalau usaha budidayaikan mas masih cerah, baik bagi petani ikan, tentu saja bagi pedagang dan atau pemasok, bahkan bagi pengelola kolam pemancingan, juga rumah tangga.

Tentu saja peluang usaha ikan mas tidak hanya tersedia bagi kegiatan pembesaran bibit menjadi ikan konsumsi serta pemasaran saja yang besarnya sudah kita lihat di atas.Kegiatan pembenihan juga mempunyai peluang; kegiatan pendederan (pembesaran benih menjadi bibit) memiliki peluang yang sama pula. Berapa besar peluang yang tersedia ? Perkiraannya kira-kira seperti berikut.

§Peluang secara nasional

oKalau berpatokan pada produksi ikan mas (untuk konsumsi) secara nasional sebesar 446.000. ton, perkilogram ikan diasumsikan 4 ekor, maka total produksi itu sebanyak 446.000.000. ( kg) x 4 ekor = 1.784.000.000. ekor.

oBiasanya, berdasarkan pengalaman petani ikan mas umumnya, dalam setiap tahapan pemeliharaan, ada ikan yang mati. Asumsi tingkat kematian ikan masa pembesaran benih kira-kira 40%; untuk pembesaran bibit sebesar kurang lebih 20%; untuk pembesaran menjadi ikan konsumsi kira-kira 5%. Jadi untuk memroduksi 1.784 juta ekor ikan konsumsi diperlukan:

Ø(100% : 95%) x 1.784. juta ekor = + 1.877,9. juta ekor bibit ukuran kurang lebih 8 – 12 cm (tingkat kematian 5%)

Ø(100% : 80%) x 1.877,9. juta ekor = + 2.347,4 juta ekor bibit ukuran kurang lebih 5 – 8 cm (tingkat kematian 20%)

Ø(100% : 60%) x 2.347,4 juta ekor = + 3.912,4 juta ekor benih/calon bibit ukuran kurang lebih 3 – 5 cm (tingkat kematian 40%).

oAngka-angka ini merupakan angka-angka peluang usaha yang bisa digali untuk setiap tahapan pemeliharaan dari sejak pembesaran benih sampai pembesaran ikan untuk konsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun