Mohon tunggu...
Setiadi Ranutinoyo
Setiadi Ranutinoyo Mohon Tunggu... -

Ikut membangun perpustakaan IKJ-LPKJ (1975 - 1982); menjadi redaktur majalah pertanian Trubus (1982-1990); sebagai redaktur pelaksana majalah pertanian Tumbuh (1990 - 1994)dan merangkap sebagai redaktur pelaksana Tabloid Warta Usaha Kadin Indonesia (1990 - 1995); ikut membangun Perpustakaan dan Dokumentasi Taman Buah Mekarsari (1995 - 2000); sebagai penulis bebas; menulis buku buku pertanian sejak 1982 - sekarang yang diterbitkan oleh penerbit buku Penebar Swadaya dan Majalah Flona. Selain itu, bersama Tim Agrimina Kultura, menulis buku perikanan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama

Selanjutnya

Tutup

Money

Peluang dan Potensi Ikan Mas untuk Usaha Rumah Tangga

24 November 2011   04:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 12257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_145492" align="aligncenter" width="300" caption="Kolam pemancingan Durian Seribu Depok"][/caption] Tampaknya, harga ikan mas boleh tinggi, pengadaan boleh berkurang, tapi bukan berarti hobi memancing ikan harus berhenti. Makanya penampung ikan di atas selalu menerima pesanan ikan dari pemilik kolam pemancingan. Malahan, kolam pemancingan di Durian Seribu (Depok), yang memilikikolam dengan 20 lapak ukuran kira-kira 2,5 m x 10 m perlapaknya, mengisi kolamnya sampai 6 ton ikan mas ukuran 0,5 kg sampai 6,0 kg. Diharapkan, ikan yang 6 ton ini sampai 2 tahun mendatang menjadi 8 ton, sesuai dengan daya tampung maksimal dari kolam kolam tersebut. Sedangkanpenggantian ikan baru perbulan bisa mencapai 200 kg.

Kemudian setiap tiga bulan sekali kolam dibersihkan. Ikan diberi obat untuk membasmi kutu ikan dan mencegah virus, juga diberi vitamin perdua minggu sekali, dan lain-lain perawatan. Pada saat ini pula ada ikan yang diangkat dan dikirim ke kolam lain (masih dalam satu grup). Pengangkatan ikan bisa sampai satu ton. Artinya, setiap tiga bulan dibutuhkan ikan baru sebagai pengganti ikan yang diangkat sebanyak kurang lebih satu ton juga, sehingga kolam pemancingan tetap berisi 6 ton ikan.

Kata pemilik kolam pemancingan di Gang Sahidin (Pamulang, Tangerang), dengan lima kolam ukuran kurang lebih 12 x 12 m, masing-masing diisi bawal, tawes, dan mas. Setiap kolam rata-rata ditebar 200 kg ikan ukuran sekilo 1-2 ekor; sekilo 3 ekor; sekilo 5 ekor; dan sekilo 6 ekor. Karena setiap minggunya ikan-ikan itu berkurang karena terpancing, setiap minggu berikutnya, kolam diisi dengan ikan baru dalam jumlah yang sama. Ikan-ikan baru ini dimasukkan ke dalam kolam di depan para pemancing, supaya mereka mengetahui jumlah ikan dalam kolam selalu sama setiap minggunya yaitu 200 kg perkolam. Jumlah ikan yang terambil memang tidak tentu. Namun rata-rata dalam sebulan pemilik kolam ini harus belanja sedikitnya 100 kg ikan termasuk ikan mas.

Rupanya, untuk mengisi ikan baru, tidak mudah. Pemilik kolam pemancingan di Gang Sahidin itu sempatmerasakan betapa tidak mudah mengisi kolamnya dengan ikan baru karena ‘agak’ susah mencari ikannya. Kalaupun ikannya ada harganya cukup tinggi.

[caption id="attachment_145493" align="aligncenter" width="300" caption="Dalam lomba pemancingan di Durian Seribu Depok"][/caption]

Hal senada juga dirasakan pemilik kolam pemancingandi Durian Seribu. Apalagi kalau kebutuhannya cukup besar. Sepertinya tidak mungkin mencarinya. Sebab pengadaannya harus mengandalkan kiriman dari luar (terutama dari Cirata dan Jatiluhur) yang paling tidak sampai awal 2009 kondisinya masih belum pulih. Sementara daerah sentra produksi seperti Cibening, Ciampea, Leuwliang, yang diandalkan Kabupaten Bogor untuk produksi ikan masnya, belakangan ini ada kabar burung, sudah terindikasi mulai tercemar limbah penggalian emas dari Pongkor. Konon sudah ada beberapa kolam yang tidak produktif lagi.

Karena itu, bagi pengelola kolam pemancingan yang tidak memiliki stok ikan dalam kolam, bisa terkena imbas, tidak bisa mengisi kolamnya. Artinya, akan mengurangi pengunjung yang akan memancing. Dengan kata lain, kolam pemancingan bisa sepi dari para pemancing.

5.Nomor satu

Meskipun harganya tinggi, berdasarkan pantauan pemasok ikan di Sawangan di atas,ikan masmasih tetap nomor satu di pasaran. Karena nomor satu, pasar masih mau menerimanya. Makin besar makin mahal dan banyak yang mencarinya. Sebagai contoh, pada awal 2010, pemilik kolam ikan mas di Gadog, Bogor, menceritakan, ikan mas peliharaannya yang sudah berbobot kira-kira 5 kg ditawar Rp.250.000. alias Rp.50.000. perkilogram dan tidak dilepaskan karena ia masih ingin memeliharanya.

[caption id="attachment_145495" align="aligncenter" width="300" caption="Ukuran yang banyak dibeli konsumen"][/caption] Biasanya, ikan mas ukuran besar seperti itu, kalau tidak untuk mengisi kolam pemancingan, untuk indukan. Rumah makan kelas menengah ke atas dan swalayan juga membutuhkan ikan mas ukuran besar namun tidak sebesar itu. Nara sumber di atas menambahkan, kalau soal bobot atau ukuran ikan mas berdasarkan permintaan pasar adalah:

§ukuran untuk pasar umum (termasuk pasar tradisionaL), 1,0 kg jumlah ikannya 8 ekor sampai 4 ekor; kecuali pasar swalayan atau sejenisnya umumnya 1,0 kg dua ekor;

§ukuran untuk kolam pemancingan,1,0 kg banyaknya 3 ekor sampai satu ekor, atau satu ekor di atas 1,0 kg;

§ukuran untuk restoran / rumah makan, 1,0 kg jumlahnya 4 ekor sampai 3 ekor;

§ukuran untuk warteg, 1,0 kg antara 6 ekor sampai 8 ekor;

§dan ukuran untuk warung nasi padang, 1,0 kg sekitar 4 ekor sampai 6 ekor.

6.Produksi dan konsumsi dalam negeri

a.Produksi

Produksi ikan mas secara nasional memang ada peningkatan sebagaimana dicatat Kompas, 14 April 2008 dan Departemen Kelautan dan Perikanan (dalam Produksi Ikan Mas Indonesia en.wordpress.com).

§Tahun 1996-178.362. ton

§Tahun 2002-199.632. ton

§Tahun 2003-199.532. ton

§Tahun 2004-

§Tahun 2005-216.920. ton

§Tahun 2006-247.633. ton

§Tahun 2007-285.100. ton

§Tahun 2008-375.000. ton (angka sementara)

§Tahun 2009-446.000. ton (angka sementara)

Setelah kematian masal, memang terjadi penurunan produksi. Dua tahun kemudian, produksi terus meningkat. Barangkali, yang menjadi masalah,saat pemanenannya tidak merata sepanjang tahun. Musim panen raya ikan air tawar umumnya berlangsung pada bulan-bulan tertentu, sehingga pada bulan-bulan lain panenannya terbatas.Hal ini mengingatkan kita pada penjelasan nara sumber pedagang penampung dan atau pemasok ikan air tawar di TPI di atas yaitu:

§Bulan-bulan Januari dan Februari, karena iklim (musim hujan), pemasokan ikan air tawar menurun karena sedikit peternak ikan yang melakukan panenan. Namun pada saat ini harga ikan air tawar cukup tinggi karena persediaan ikan air laut menyusut akibat musim barat.

§Pada bulan-bulan Maret, April, Mei, Juni, mulai memasuki awal pemanenan. Pemasokan ikan mulai berjalan normal, dan harganya pun juga normal, namun masih tetap tinggi dibandingkan harga normal ikan air tawar umumnya.

§Pada bulan-bulan Juli sampai Desember memasuki panen raya. Pemasokan ikan bisa berlebihan dan harga bisa turun meskipun masih di atas rata-rata harga normal ikan air tawar umumnya.

Apa yang bisa dipetik dari catatan itu ? Bila ingin memanfaatkan harga yang tinggi, memang harus direncanakan, saat panen jatuh persis pada bulan-bulan tidak terjadi panen raya kira-kira Januari – Juni; atau saat-saat para nelayan tidak banyak yang melaut karena musim barat.

b.Konsumsi

Konsumsi ikan nasional tahun 2005 mencapai 26 kg perkapita pertahun dan naik menjadi 28 kg pada 2006. Tahun berikutnya naik lagi menjadi 30 kg perkapita pertahun. Daritotal konsumsi itu, Provinsi DKI Jakarta tercatat yang paling banyak mengonsumsi. Menurut Data Perikanan DKI Jakarta Tahun 2003 – 2007, konsumsi perkapita hasil perikanan di DKI Jakarta adalah:

§2003 sebesar 22,87 kg

§2004 naik menjadi 22,91 kg

§2005tetap bertahan22,91 kg

§2006 naik lagi menjadi 23,09 kg

§dan 2007 meskipun tidak besar tetap naik menjadi 23,24. kg.

Dengan demikian, dari total konsumsi ikan secara nasional, sekitar 77% - 88%-nya dikonsumsi penduduk Jakarta dan sekitarnya.Karena itu, Jakarta tetap menarik bagi para pelaku bisnis komoditas ini.

Namun ada kontradiksi dengan data konsumsi ikan mas secara nasional. Setelah kasus kematian masal 2002, terjadi lonjakan harga pasaran ikan mas. Pengaruh yang paling nyata atas kenaikan harga adalah penurunan konsumsi ikan mas perkapita pertahun. Pada periode 1996 – 2002 (6 tahun) konsumsi rata-rata 0,72 perkilogram pertahun dan turun drastis lebih dari 70% menjadi 0,19 perkilogram pertahun pada periode 2003 – 2009 (6 tahun).

[caption id="attachment_145496" align="aligncenter" width="300" caption="Disukai peternak untuk indukan, tapi juga disukai pemilik kolam pemancingan"][/caption] Konsumsi Beberapa Jenis Ikan Air Tawar Jenis Ikan

Konsumsi Perkapita Pertahun (Kg)

Rata-rata

Konsumsi Perkapita Pertahun (Kg)


Rata-rata

1996

1999

2002

2003

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun