Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Simpati di Lombok yang Selalu di Hati

21 Januari 2021   08:45 Diperbarui: 21 Januari 2021   09:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia cerita ini itu soal yang tak jelas, kami sebenarnya dua orang yang sangat beda pola pikirnya. Saya cenderung gak memikirkan hal yang remeh dan yang bikin saya bilang "apaan sik". Sementara dia bisa bicara hal-hal receh. Saya bicara soal politik dunia dan lainnya. Komen dia standar saja. begitulah kalau ngobrol lintas generasi dan juga soal pendidikan wkwkw. 

Besoknya dia mengajak saya melihat pengungsi dengan salah satu artis dangdut ibukota . Sementara saya tak tahu jadwal saya besok, dan ternyata saya harus liputan PLTU.  maka kami bentrok, saya sebenarnya menunggu dia untuk niat menemani saya selepas liputan apalagi saya sudah minta extend jam flight sekitar 3 jam . Ternyata dia memilih sang penyanyi dangdut dan meninggalkan saya yang sudah jauh-jauh ke Lombok. patah hati saya saat itu, cuma pas saya cerita ke sahabat kala itu malah jadi lucu karena saya baru sadar kalau saya ditinggal dengan alasan yang kocaq. Demi mengejar penyanyi dangdut. hahha....

Meski dia selepas itu memohon maaf banget sampai saya udah gak tahu lagi dia udah telepon 100 kali tetap saja, ditinggalkan itu emang gak enak banget. Ya, jadi tahu dia tidak benar-benar membuatmu menjadi prioritas kan. 

Oke, besoknya sehabis sarapan kita sudah berada di rumah penduduk yang hancur lebur akibat digoncang gempa. Mereka yang hancur rumahnya tinggal di rumah-rumah lain bersama saudara atau tetangga yang masih layak huni. Krak krak tembok-tembok yang saya injak membuat saya miris lagi. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Saya pun salah satu ibu yang mati-matian membendung tangisannya karena kehilangan rumah dan kerabatnya. Di sisi lain, bapak yang betulin listrik repot naik-naik ke tiang listrik tanpa takut tersetrum. Mereka mencoba menyalakan asa lewat listrik. Agar setidaknya para korban bisa menikmati terang lagi.

Dari situ kami ke PLTU, kita wawancara habis2an soal dampak gempa di sana, Ternyata berita yang didapat kurang nendang juga sih, kami juga berkeliling melihat PLTU yang sebegitu besarnya dan ternyata PLTU baru benar-benar rusak kalau gempanya itu mencapai 9 skala ritcher. 


Karena saya extend beberapa jam, saya pun melipir ke pantai terdekat, Selong Belanak. Sebelumnya juga kami mampir ke Kuta Mandalika untuk makan siang. Kuta Mandalika ini tempat yang deket banget dari kantornya dia tapi dianya kaga ada. Asyem.

dok. pribadi
dok. pribadi
 Beruntungnya dipinjami mobil jadi lebih leluasa. Meratapi janji yang diingkari sembari menulis di bibir pantai jadi berasa nikmat banget. Apalagi sambil dengan musik yang berpadu sempurna dengan deburan ombak. Ah walau hati lagi sakit tapi ini jadi penghiburan saja. Terima Kasih Tuhan, saya banyak belajar perjalanan hati dari Lombok. Hingga akhirnya saya kembali lagi... Cerita lainnya lihat di sini.


sudah tayang di kaskus.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun