Selentingan ini pernah dijawab oleh Tim Narasi (@narasinewsroom) dalam video penelusuran yang berjudul "62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah". Dalam video tersebut, terlihat sekelompok orang yang sengaja mendatangi titik api untuk dibawa ke halte Sarinah pada demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja tahun 2020 lalu.
Aksi pembakaran halte dan gerakan vandalisme lain yang dilakukan oleh oknum, tidak lain untuk menciptakan antipati terhadap demo itu sendiri. Masyarakat diharapkan mengecam tindakan anarkis saat demo, yang berujung pada penolakan demo.
Padahal demonstrasi memiliki peranan penting dalam masyarakat yaitu sarana menyampaikan aspirasi, protes hingga tuntutan kepada Pemerintah.
Warga Jaga Warga, Warga Jaga Lingkungan
Setelah aksi pembakaran dan perusakan fasilitas publik, bergema tagar #WargaJagaWarga dan #RakyatJagaRakyat di media sosial. Semangat ini ditujukan untuk rakyat agar saling menjaga, tidak terprovokasi, tidak menjarah sesama rakyat, dan tidak merusak fasilitas untuk kepentingan rakyat.
Langkah ini pun terwujud pada aksi bersih-bersih yang dilakukan para warga, pasukan oranye hingga pengemudi ojol di wilayah Jakarta pada Sabtu-Minggu kemarin.
Melansir dari Republika, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengerahkan 1.150 pasukan oranye alias petugas kebersihan untuk membersihkan sampah, menghapus coretan, serta mengecat ulang tembok dan halte yang terbakar di berbagai titik keramaian aksi demo di seluruh Jakarta.
Tidak hanya pasukan oranye, rombongan pesepeda yang melintas pada car free day Jakarta juga turut membantu mengecat dinding pembatas jalan yang menjadi korban vandalisme corat-coret. Begitu juga dengan para pengemudi ojol yang turut membantu pembersihan sampah hingga mengecat ulang beberapa fasilitas umum yang terbakar.
Langkah ini mereka lakukan dengan sukarela dan atas dasar cinta negeri dan cinta lingkungan. Jadi, yuk kita rapatkan barisan, saling jaga, dan lindungi lingkungan. #WargaJagaWarga, #WargaJagaLingkungan.
Salam lestari.