Setelah sekian lama, akhirnya kini kau kembali memerhatikan langit malam. Memetakan satu persatu gugus bintang yang kau hapal. Namun, kau memang penghapal andal. Bukan hanya berhasil memetakan 88 rasi bintang, kau juga menyebutkan bintang apa saja yang membentuk garis imajinernya. Hanya saja...
"Dimana Sirius dan Capella?"
Kau kembali bertanya. Sambil mengetuk-ngetuk tiang jendela.
Foto istri dan anakmu tampak begitu kecil di atas meja. Namun kenangan tentang mereka tampak begitu nyata terekam dalam kepala.
5 Juni 2002 - Kau menemukan bidadari tercantik di dunia. Entah sejak kapan kau mulai menandainya dengan nama Sirius. Bukan karena kau tak tahu namanya, namun karena bidadari itu mengingatkanmu pada bintang terterang sejagat raya.
7 Juli 2004 - Kau bertandang ke rumah Sirius. Meminta restu ayahanda dan ibu untuk melaksanakan janji suci yang bersumpah tak akan kau khianati. Mereka menyetujui, kau tersenyum lega dalam hati.
9 Agustus 2006 - Putri pertamamu lahir. Cantik seperti ibunya. Manis seperti kembang gula. Kau langsung teringat dengan bintang dengan nama tercantik di altar malam-Capella. Sejak saat itu keluarga kecilmu terasa amat lengkap. Sirius dan Capella, dua bintang yang akan membuat dirimu bahagia.
10 September 2007 - Kau mulai frustasi akibat keuanganmu yang kian menipis. Dunia mulai mempermainkanmu. Uang mulai menjerat kaki, tangan, dan waktumu. Kau mulai lupa tentang dongeng-dongeng bintang yang biasa kau ceritakan kepada Capella kecilmu sebelum ia pergi tidur. Kau mulai lupa untuk mengecup kening kedua bintangmu di pagi dan malam. Bahkan kau tak sempat lagi menyempatkan diri untuk duduk bersama sambil menonton televisi atau menyantap sarapan pagi.
5 Juni 2017 - "Dimana Sirius dan Capella?"
Setelah sekian lama, kau kembali bergadang hingga fajar menjelang. Memerhatikan jutaan bintang hingga matamu memerah, tanganmu kaku memohon, dan bibirmu lelah merapal.
"Kumohon kembalilah Sirius, Capella.. Kembalilah..."