Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Bandara, Pusat Kemajuan dan Pikiran Kembara

7 Januari 2023   14:57 Diperbarui: 7 Januari 2023   19:17 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Check-in Bandara Internasional Yogyakarta | Dok: S Aji

Sudut lain Yogyakarta International Airport | Dok: S Aji
Sudut lain Yogyakarta International Airport | Dok: S Aji

Selama menghabiskan masa delay sekitar 30 menit, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk sembari memandang sekitar. Sekurangnya tiga bulan terakhir ini, tubuh ini telah mengunjungi bandara Domine Eduard Osok, Sorong. Kemudian bandara Rendani, di Manokwari. Dua bandara kecil di dua kota penting Provinsi Papua Barat. 

Terakhir adalah bandara Sultan Hasanuddin di Makasar, yang baru diresmikan tahun 2008. Bandara yang konstruksinya menandingi bandara-bandara besar di kota-kota utama Indonesia.

Dari kunjungan-kunjungan transit tersebut, perjumpaan kedua dengan Yogyakarta International Airport (YIA) adalah pengalaman ruang yang tetap saja masih terasa khusus. Tapi bandara yang terletak di Kecamatan Temon barulah satu kisah perjumpaan dengan kemegahan.

Sekitar pukul 18.00 WIB lebih sedikit, saya mengikuti iringan yang memasuki tubuh pesawat Citilink. Terminal 3 Cengkareng menanti 60 menit di depan sana. Saya akan menghabiskan malam yang panjang di sini. Penerbangan lancar dengan wajah-wajah yang terlihat ingin segera pulang. Hari ini sudah tanggal 24 Desember. 

Hanya butuh sebentar, saya tiba di salah satu bangunan Terminal 3, lalu melanjutkan ke lantai dua sebagai penumpang transit. Sedang tidak banyak penumpang yang mendarat di jam yang sama, setidaknya di koridor ini. Sama hanyalnya dengan petugas bandara. 

Sesudah melapor dan melewati tempat pemeriksaan, saya menyusuri koridor terminal yang megah dan sepi. 

Papan Informasi | Dok: S Aji 
Papan Informasi | Dok: S Aji 

Sebuah papan informasi berlayar biru mengonfirmasi saya benar berada di Terminal 3 yang megah itu. Tapi terlanjur malam dan lebih banyak petugas cleaning service yang bekerja. Beberapa outlet makan sudah ditutup. Kursi-kursi di sepanjang ruang tunggu hanya ditemani sepi dan dingin.

Karena baru akan berangkat pada pukul 02:30 subuh, jadwal penerbangan lanjutan saya belum memiliki gate ruang tunggu. Karena itu juga, saya terpaksa berputar-putar dengan menduga-duga. 

Jika ada seseorang saja yang terlihat seperti penumpang yang akan ke Manado, maka di situlah menunggu yang panjang dimulai.  Namun malam menuju 25 Desember masih saja sepi, tidak ada seseorang yang bisa dijadikan obyek duga-duga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun