Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Bandara, Pusat Kemajuan dan Pikiran Kembara

7 Januari 2023   14:57 Diperbarui: 7 Januari 2023   19:17 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Check-in Bandara Internasional Yogyakarta | Dok: S Aji

Sekadar permainan pikiran belaka. Menjumpai ruang tunggu yang berderet-deret, lampu-lampu yang benderang, lantai yang mengkilap, kamar mandi yang bersih dan kering, kursi-kursi yang penuh, kita sebenarnya tidak sedang berada di ruang transit keberangkatan belaka. 

Kita tengah berada di dalam salah satu tentakel dari kehendak yang memuja kemajuan.

Karenanya, kekhususan tersebut tidak semata-mata dipicu oleh kemegahan fisik arsitekturalnya. Namun juga karena dalam ruang yang memuja kemajuan, kita merasakan denyut nadi dari pusat dengan kecenderungan memahami dirinya sebagai daya tarik dan pengaruh penting. 

Pada persinggungan yang demikian, ketika ruang bandara/airport disaksikan sebagai simbolisasi ambisi kepada kemajuan, kita bisa melakukan sejenis "wisata orang-orang udik". Jadi, bagaimana yang semacam ini dimungkinkan?

Persisnya adalah dimulai dengan terkagum-kagum pada kemegahan yang mahal namun di sisi yang lain, meneguhkan perasaan yang berjarak, bisa jadi juga sedikit perasaan yang diidap orang asing dari pinggiran. Orang asing dari pinggiran harus dipegang karena di dalam atribut itu, ketertinggalan dan ketimpangan memelihara dirinya.  

Dengan begitu, kita (baru bisa) merasakan yang megah dan maju sebagai pengalaman pada modernitas yang tidak pernah selesai. 

Kita mungkin berada di sisi yang mencurigai "tumbal-tumbal kemajuan" atau semacam "piramida kurban modernitas" di balik kemegahan tersebut. Atau justru berdiri di posisi searah, yang merayakan dan mengimpikannya, yang merasa bagian dari anak kandungnya.

Oleh karena skemata yang semacam ini, perjumpaan sekilas dengan Yogyakarta International Airport dan Terminal 3 Cengkareng di penghujung malam menuju dinihari berubah dari proses membunuh waktu yang membosankan menjadi pengalaman dalam ruang yang bekerja sebaliknya. 

Dia merawat kekaguman sekaligus keterasingan dari yang udik; ia adalah pengalaman yang paradoks terhadap modernitas.

***

Sam Ratulangi International Airport. Saya bergegas keluar, langsung memasuki taxi Blue Bird. Membawa rasa lelah dan kantuk yang makin menjadi-jadi. Seorang supir yang masih muda menghidupkan mesin dan mulai bergerak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun