Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Closed Circuit Television

9 November 2021   21:28 Diperbarui: 9 November 2021   21:54 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*** 

Rabu. 23:30. 30 menit lagi, deadline yang diberikan akan segera ditagih. Seorang diri di ruang kerja yang tertutup, Ansar masih menatap monitor dengan rekaman dari CCTV. 

Hello darkness, my old friend. I've come to talk with you again. Sound of Silence-nya Simon & Garfunkel mengalun lirih dari pemutar musik di gawai.

Tak kenal istirahat, dia telah memeriksa semua detail. Mencocokan waktu dan peristiwa, mewawancarai warga di sekitar Pojok, menelusuri percakapan dan pesan di gawai, mewawancarai keluarga korban dan memeriksa database kasus-kasus sejenis hingga para pelakunya. Misterinya masih terlalu tebal. Hanya ada kegelapan. 

Dua pria berbatik itu, Roni dan Rafael adalah tenaga ahli di salah satu fraksi di DPR. Mereka tak memiliki riwayat utang piutang dan dikenal sebagai pekerja yang tak suka menghabiskan waktu di kafe. Lantas, apa yang membuat mereka tetap pergi ke situ?

Perempuan, dengan tungkai seputih lilin dan hot pants, adalah pemilik toko roti yang sukses. Ia telah lama hidup seorang diri, menampilkan citra sebagai sosialita, namun ia benar-benar mencintai sendiri. Lucia. Dia dikenal lingkaran dekatnya sebagai perempuan mandiri yang lebih sering menghabiskan waktu membaca buku di atas kloset. Mengapa dia bisa berlama-lama di kafe?

Nadia, Ambar dan Lena--tiga pramusaji--adalah mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi swasta yang melayani anak-anak miskin dan terlantar. Tak punya riwayat kejahatan selain mereka datang dari kawasan miskin dan tinggal di kos-kosan dengan membayar secara patungan. 

Marko dan Mario, dua musisi muda. Berpacaran dengan Nadia dan Lena. Semua berasal dari kampus yang sama. Tak memiliki riwayat kriminal dan dikenal sering terlibat dalam aksi amal. Mereka juga penerima beasiswa. 

Si badut? Siapa dia?

Ansar membalik lagi laporan investigasi untuk kesekian kali. Takada badut di kota ini, terlebih di malam November yang hujan. Hanya ada kotak kosong berwarna hitam. Dan, mata yang bundar di balik lenso putih bersimbah darah itu... 

Tapi ia terlalu lelah. Matanya seperti dipenuhi kerikil, perih dan berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun