Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kekuasaan (dan) Para Manipulator

24 Februari 2020   12:06 Diperbarui: 24 Februari 2020   14:25 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi topeng | Sumber Photo by John Noonan on Unsplash (unsplash.com/@theonlynoonan)

Mungkin ada proseduralisme yang menyeleksi namun ini hanya sebatas "siapa menyepakati siapa?". Dalam tata politik yang terfragmentasi pada kelompok/geng/gerbong/oligark, proseduralisme itu sebatas menjalankan syarat formil. Berhentilah mengangankan meritokrasi.

Sedang bagi mereka yang berada di dalam siklus reproduksi begini menyebutnya "regenerasi". Selalu dan selamanya begitu. Lantas, dalam kekuasaan, apa yang tidak sah? Kekuasaan tinggal soal siapa mendapatkan apa. Para manipulator berusaha membuatnya tampak kekuasaan demi siapa! Seolah saja ada kehadiran yang melayani di sana.

Celakanya, mereka yang berada di luar sistem reproduksi ini melihatnya dalam kerangka normativitas yang usang. 

Tentang orang-orang yang terpilih dari sebuah negeri dengan masa lalu kejahatan kemanusiaan dimana-mana yang tidak pernah bisa dibicarakan secara jujur. Apalagi berani. 

Dalam bahasa yang lain, apa yang bekerja di dalam kekuasaan sebagai aksi para manipulator memang akan meluas pada arena sosial yang lebih luas. Perluasan serupa ini adalah keniscayaan sebagai: dengan apa lagi manipulator itu bertahan jika bukan dengan menciptakan kecanggihan manipulasi terus menerus?

Kita terus tahu ada mesin produksi opini dan citra di sana. Ada teknologi penyebar serupa social media dan kaki tangan berbayar yang menyiasati anonimitas. Jadi, bagaimanakah yang serupa ini dihentikan? 

Mungkinkah dihentikan sebab digitalisasi juga memiliki potensi "counter-politics". Digunakan untuk saja merekam dan mengabadikan dan juga bisa sangat kejam sebagai senjata menyerang para manipulator kekuasaan?

Satu yang terbayang (mungkin juga telah menjadi klise) adalah tetap menata kritisisme pada "skala mikro-politik". Pada kehidupan kelompok kecil yang memelihara kecurigaan pada produksi para manipulator. Pada kelompok kecil yang tetap meletakkan manusia sebagai nilai, tujuan bersama sebagai pandangan hidup. 

Ungkapan sederhananya: berusaha menjaga segenap diri dari kemerosotan akan gairah menjadi teknologi bagi kekuasaan. Tak perlu membangun kebencian nan absolut atau kemenjijikan level dunia-akhirat. 

Barangkali begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun