Tentu saja, yang pertama adalah tentang ide cerita dan bagaimana kerja sinematografinya mewujudkannya serta, kedua, semulus apa Will Smith menampilkan dirinya sebagai Henry Brogan, pensiunan pembunuh elite yang harus bertempur dengan kloningannya.
Ide Berulang: Ambisi Kontrol Dunia!
Kali ini kita dihadapkan dengan problematika dasar yang masih sama dari kehendak geopolitik Amerika Serikat yang dihidupkan industri film Hollywood.Â
Kehendak yang berakar dari perang yang mereka ciptakan sendiri karena obsesi pada kontrol tata dunia baru paska-perang dingin. Termasuk di dalamnya menciptakan karakter-karakter dengan glorifikasi supramanusia seperti Rambo.
Perang bukan saja menciptakan korban yang massif, kesedihan yang bergenerasi dan protes-protes sosial-politik bagi masyarakat sipil. Tidak penting dilakukan demi klaim perburuan senjata pemusnah massal (padahal berebut akses dan kontrol minyak) atau demi menegakkan demokrasi dan menumbangkan komunisme (padahal menciptakan rezim boneka yang lebih mudah didikte).
Namun tidak bagi para pengambil kebijakan yang hidup dengan mimpi mengontrol dunia itu. Dalam "ekonomi perang", jenis manusia yang satu ini terus berusaha menjalankan perang yang makin efektif dan efisien dalam menghancurkan lawan atau merawat kepatuhan. Mereka menggandeng saintis dan membiayai riset-riset mahal.Â
Dari kombinasi "tiga kegilaan ini", manusia pemburu kontrol dunia, ekonomi perang dan saintisme pelayan perang, Henry Brogan diciptakan.Â
Sebagai latar belakang, Henry Brogan yang dimainkan Will Smith dengan maksimal ini adalah pembunuh hebat. Satu-satunya. Dia telah menuju tua dan memilih pensiun. Dia hanya ingin menjadi pemancing yang konsisten.Â
Lalu ada seorang maniak bernama Clay Varris (Clive Owen). Varris yang juga sejawat Henry diam-diam memelihara riset yang menciptakan mesin pembunuh dengan kemampuan sesempurna Henry dan lebih dingin secara emosi.Â
Henry yang tak tertandingi itu memang memiliki persoalan dengan emosinya. Ia selalu takut tenggelam, masih memiliki keraguan yang membuatnya masih bisa berjarak dari perintah dan memendam mimpi buruk dari masa kecil.Â
Riset itu menciptakan kloningnya Henry. Lebih muda dan lebih sadis.Â
Cerita dimulai dengan Henry yang sukses menembak target di dalam kereta yang sedang melaju. Target itu disebut sebagai teroris Rusia. Lantas seorang sejawatnya memberitahu jika data target dimanipulasi. Henry dijebak, perburuan sedang digelar.Â