Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"John Wick-Parabellum" dalam Lima Catatan

27 Mei 2019   05:27 Diperbarui: 28 Juli 2019   08:37 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film John Wick: Chapter 3 - Parabellum (2019)| (Foto: Courtesy)

Apakah mantan Angelina Jolie ini lebih jeli memilih dan berani mencoba bermacam karakter? Menurut ngana?


Keanu, hemat saya, tidak seberagam itu. Sebab itu juga, seri ketiga John Wick yang tetap memelihara sadisme ini lebih memiliki efek kejut dalam beberapa hal. Sesuatu yang tidak sebatas pukul-pukulan dan darah.

Pertama, sejak awal memaksa penonton tidak memikirkan hal lain kecuali tersedot ke dalam ketegangan demi ketegangan serta beberapa latar belakang yang belum terbaca di dua seri awal. Suasana ini dibangun dari John Wick yang berusaha meloloskan diri dari sergapan para pembunuh sewaan sesudah kontrak pembunuhan untuknya dibuka (excommunicado). 

Usaha meloloskan diri yang dikelola koreografi pukul-pukulan ciamik; salah satu yang dipuji dari film ini. Selain mempertahankan keahlian Wick bertarung jarak pendek dengan pistol dan teknik bantingan, kali ini aksi kejar-kejaran dengan kuda dan saling serang di atas motor membuatnya lebih kaya nuansa.

Kedua, perihal masa lalu. Dalam seri ketiga yang berdurasi 131 menit ini, para penulis naskah membangun plot yang memandu penonton menjumpai John Wick yang ternyata adalah seorang Belarusia, yatim piatu, dan dididik oleh kelompok mafia yang memiliki filosofi Seni adalah Penderitaan. 

Saya terus tahu, John alias Jardin ini memang dilatih menanggung rasa sakit sejak usia anak-anak. 

Atau, dalam batas tertentu, kemampuan mengelola rasa sakit (lahir dan batin) adalah ekspresi dari laku estetis, melengkapi yang moral atau ideologis. Maka dari itu, penonton jadi bisa mengerti dari mana asal-usul daya tahan tingkat adimanusiawi melewati macam-macam rasa sakit.

Dengan kata lain, mengalami penderitaan adalah jalan memenuhi realisasi diri secara estetis. Maksudnya, menghadirkan penderitaan kepada John sama dengan membuatnya makin sinting dalam memenuhi sisi lain jiwanya yang dibentuk sejak pikiran belum kaya pengertian. 

Ketiga, percakapan mengenai kehilangan. 

Ini bukan semata "Duka itu Candu" bagi Wick sebagaimana secara jitu ditunjukan Irma Garnesia dalam artikel yang berjudul John Wick 3: Keanu Masih Brutal, Canggung dan Ogah "Move On". Atau lewat bahasa yang lebih romantik, kehilangan Helen adalah alasan John untuk terus hidup. Demi mengabadikan kenangan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun