Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hasil Derby d'Italia atau Dua Modalitas yang Belum Kembali di Milan

1 April 2018   15:45 Diperbarui: 1 April 2018   18:21 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buffon dan Allegri, Simbol Lapar Gelar dan Kejelian Taktik | http://www.uefa.com

Nah, ini berarti yang belum bisa move-on dari keperkasaan tiga bek adalah dirimu, Bonucci. Juventus baik-baik saja bersama Rugani atau Benatia. Selebihnya, kita bisa melihat kembali bagaimana perubahan skema dan masuknya dua tukang dribbling adalah buah jelinya Allegri.   

Bagaimana dengan mentalitas berjuang hingga akhir alias Fino Alla Fine?

Ini adalah karakter yang kembali dipulihkan Conte dan dipelihara oleh sosok sepuh seperti Buffon. Saya hanya mengajukan Buffon sebab Delpiero sudah tak lagi bermain. Kenapa?

Buffon mengalami masa-masa sulit sesudah skandal pengaturan skor. Sebagai kiper berlevel World Class, ia memilih rela bermain di Serie B. Termasuk musim-musim berstatus klub medioker (berjuang di papan tengah klasmen) di era sebelum Conte. Tetapi Buffon tidak pergi. Pilihan untuk setia itu membawanya mencapai rekor clean sheet terlama sepanjang sejarah Serie A.

Yang terbaru, ia masih dipanggil Luigi di Biagio untuk mengawal gawang Gli Azzurri belum lama ini. 

Lelaki kelahiran 28 Januari 1978 masih saja bermain di level tertinggi dan tak pernah lapar dari keharusan bertarung hingga akhir. Ini tercermin dalam "Surat Cintanya kepada Gawang" tahun 2016, silam.  

Saya kutipkan lagi sebagian di sini: 

"...Kita selalu berada pada dua titik berbeda tapi kita saling melengkapi, seperti mentari dan rembulan. Terpaksa hidup berdampingan tanpa bisa saling lama-lama bersentuhan. Lebih dari 25 tahun lalu aku sudah membuat ikrar; aku bersumpah melindungimu. Menjagamu. Menjadi perisai dari seluruh musuhmu. Aku selalu memikirkan kepentinganmu, meletakkannya di atas kepentinganku sendiri.

Usiaku 12 ketika aku mulai memunggungi gawang. Dan aku akan terus melakukannya selama kaki, kepala, dan hatiku masih mampu."

Dari surat cinta di atas kita boleh melhat satu kehendak yang menolak takluk oleh waktu. Sejenis mentalitas yang selalu berusaha memberi perlindungan terbaik kepada gawangnya hingga kaki, kepala dan hatinya menyerah. Dan kita tahu, Buffon masih terus menjadi pilihan pertama dari ambisi Si Nyonya Tua menegaskan superioritas di Serie A. Buffon adalah legenda hidup dari perjuangan sampai akhir itu. 

Dalam dirinya, ada panutan yang menjaga kaderisasi spirit Fino Alla Fine: bukan masalah kalah atau menang yang pertama tetapi bagaimana berjuang mati-matian di lapangan. Proses lebih utama dari hasil, Mbloo!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun