Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hasil Derby d'Italia atau Dua Modalitas yang Belum Kembali di Milan

1 April 2018   15:45 Diperbarui: 1 April 2018   18:21 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buffon dan Allegri, Simbol Lapar Gelar dan Kejelian Taktik | http://www.uefa.com

Juventus kembali memiliki kesempatan meraih double dalam asuhan Allegri.

Kesangsian bahwa klub yang memiliki jersey pertama berwarna pink ini akan menghancurkan takdir gagal juara di level Eropa atau ngapain berdarah-darah mencapai final kalau hanya meraih medali perak jelas adalah mimpi buruk yang terus berkuasa. Namun, itu tidak lantas menutupi fakta jika klub ini terus berada dalam organisasi bermain dan mentalitas yang terpelihara. Sekurangnya dalam tujuh musim terakhir paska-skandal pengaturan skor. 

Persisnya adalah kejelian taktik dan Fino Alla Fine Mentality-Nyonya Tua.

Kejelian taktik dimaksud adalah bagaimana Allegri mendekati pertandingan, khususnya ketika berhadapan dengan tim yang agresif, jadwal yang padat serta beberapa pemain kunci yang cedera. 

Dalam musim ini, pertemuan dengan Tottenham Hotspurs di Champions League boleh dijadikan contoh. Kala itu, skuad Allegri pergi ke Wembley dengan status mencemaskan. Bagaimana tidak, bermain di rumah, mereka hanya bisa menahan imbang 2:2 dan terlihat keteteran oleh agresifitas Harry Kane, Delle Ali dan Erikson. Sebelumnya, kita telah menyaksi sekelas Real Madrid boleh dibikin pontang-panting oleh anak asuh Pocchetino ini.

Sepanjang pertandingan itu, Juventus seperti biasa: membosankan dan penuh drama. 

Juventus tertekan selama pertandingan. Ada banyak pelanggaran, bahkan Barzagli yang sengaja menginjak Son Heung-Min lolos dari kartu merah wasit. Namun di saat-saat yang meresahkan ini, Higuain dan Dybala membuktikan diri sebagai pembeda. Bersamaan dengan uletnya dua back sepuh, Chiellini dan Barzagli, yang jatuh bangun di depan Buffon. 

Masuknya Stephan "The Swiss Train" Lichtsteiner di paruh kedua adalah kejelian lain yang diperlihatkan Allegri.  Lichtsteiner-lah yang mengeksploitasi celah di sisi kiri Hotspur, memberi crossing yang diselesaikan Higuain. Gol ini adalah titik balik hancurnya agresifitas Kane, dkk. 

Pada kekalahan Milan tadi subuh, perubahan dari skema 3-5-2 menjadi 4-2-3-1 adalah bentuk kejelian kesekian si pelatih yang awal kedatangannya dicemooh. Masuknya Costa dan Cuadrado membuat kreasi serangan lebih efektif. Nama yang kedua bahkan mencetak gol dari umpan Khedira. Bonucci sendiri mengakui jika jenis Costa dan Cuadrado selalu bisa menjadi pembeda. Tentu jika Dybala dan Higuain macet.

Sedang gol penutup dari Khedira, arah serangan juga datang dari sini kanan Milan. Aksi Dybala sukses menarik tiga orang sebelum assist yang diselesaikan dengan sepakan bola menyusur tanah. Persisinya bisa disimak pada video di atas.

Situasi ini jelas didukung oleh merosotnya kemampuan bertahan Milan yang di-organize Leo Bonucci. Soal el Capitano eks-Juve ini, Don Capello mengakui jika dia adalah salah satu dari tiga bek terbaik di dunia. Masalahnya, "..But he can't defend. He has big problems. It was ideal for him at Juventus, where he was free. It's perfect for him to play in a three [in defence]. Playing in a four is hard."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun