Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Percakapan dari Pinggiran, Sebuah Cerita

12 Oktober 2017   09:42 Diperbarui: 12 Oktober 2017   15:03 1986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Belum tahu."

"Haa, terus gimana? Mau berangkat tapi gak tahu jadwal kapal....," suara anak muda tertahan. "Bisa tidak kami beli tiket tapi tak punya KTP?" tanya si istri. "Waduh...gak bisa. Punya SIM?"

"Kalau bikin KTP sementara di Sampit?" tanya suaminya, berharap bisa. 

"Sudah susah Pak. Teroris Sarinah kemarin kan ber-KTP Sampit. Sejak itu, diobok-obok. Tak boleh lagi sembarang."

Jawaban pamungkas. Percakapan seperti menemui jalan buntu. Imajinasi saya berpindah. Saya melihat niat baik, kerinduan yang berjuang, dan kekuasaan yang berdiri dengan dingin di sana. Saya masih seperti patung di persimpangan. 

"Jadi sebaiknya gimana ya, Pak?"


"Nanti saya antar pian ke Depnaker. Semoga masih nututi."

Si anak muda kini gantian mewawancarai supir yang masih sepantaran usia. 

"Dari mana, Bang?"

"Saya dari Kalbar. Barusan ngantar Bos. Bos kami dari Kalbar pindah ke sini. Yang di sini pindah ke Palangka."

"Kerja di perusahaan apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun