"HARUS MENGUNGKAPKAN PERASAANNYA DENGAN BERANI. JANGAN MEMIKIRKAN RESIKO. PIKIRKAN HATIMU YANG TELAH SEPERTI KUBURAN TANPA JASAD: MENYEBAR BAU BANGKAI TANPA SEBAB!"
Gilaa! Jailangkung menulis instruksi selengkap itu. Kayaknya yang masuk kali ini ruh yang sempat kuliah dan mungkin bunuh diri karena ditolak cintanya, batin mereka. Semuanya.
Sesudahnya, boneka berkaki empat itu terus jatuh dari pegangan.
"Gimana?" bertanya si pembaca mantra.
"Haruskah?" sangsi jiwa yang disiksa jatuh cinta.
"Oke, diulang lagi."
Sepuluh kali diulang, jawabnya tetap sama: HARUS MENGUNGKAPAN DENGAN BERANI! (Emang ada yang lebih berani dari ini?)
***
Pada Sabtu yang seolah terkena PMS: sensitif dan mudah meledak, tokoh kita yang menderita ini akhirnya menemukan juga keberanian untuk mengeluarkan batu dari dasar hatinya. Jailangkung telah memerintahkan begitu. Itu artinya suara langit dari roh--yang dicurigai sebagai arwah manusia terdidik--harus ditangkap sebagai akhir dari penderitaan panjang yang telah tak tertampungkan lagu-lagu dan suara serak mengenaskan.
Tiba di halaman rumah target, hanya jendela yang terbuka. Suasana lengang di depan namun terdengar sedang ramai di dalam. Sepertinya dari dapur. Suara emak-emak sedang gembira dan masak bersama-sama.
"Assalamualaikum..."