Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Irasionalitas dan Prostitusi Kalangan Atas

9 Mei 2015   20:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nah, pada rasionalitas instrumental itulah, kontradiksi terjadi. Rasionalitas mengajar prinsip efektif, efisien, kalkulasi, prediksi serta kontrol ketat dalam pencapaian tujuan dan tak jarang bisa menghalalkan segala cara. Masyarakat dengan ekonomi kapitalistik mengadopsi prinsip ini dalam mesin ekonominya, yang menjadikan kerja keras sebagai ekspresi utamanya. Laku seperti ini tecermin dalam slogan Time is Money yang terkenal itu. Jadi, kerja keras yang dituntun oleh prinsip rasionalitas instrumental itulah yang menentukan kualitas individual dalam masyarakat dengan norma-norma ekonomi kapitalisme.

Namun, dalam perkembangan masyarakat Amerika mutakhir, perilaku instrumentalis yang sarat dengan kerja keras dan pencapaian prestasi itu, tidak berbanding lurus (korelatif-afirmatif) dengan perkembangan selera pada wilayah kebudayaan. Dalam ranah kebudayaan itu, berkembang nilai-nilai hedonistik yang tumbuh subur. Nilai-nilai hedonistik yang menghamburkan dan mengeksploitasi semesta kesenangan dan menghancurkan laku kekang diri terhadap godaan dunia yang merupakan salah satu syarat dari keberhasilan perilaku ekonomi kapitalisme pada masa awal.

Sekali lagi, kritik Bell atas perkembangan masyarakat kapitalisme mutakhir itu hanya relevan pada kalangan atas yang memiliki tradisi kerja keras, karier dan pencapaian material (uang) di atas rata-rata. Saya tidak membicarakan keturunan kalangan atas yang hidup dalam keberlimpahan warisan dan energi hidupnya dikendalikan oleh oksigen hedonisme.

Apakah perkembangan seperti ini, yang pernah ditemukan Daniel Bell pada masyarakat Amerika kontemporer, juga sedang terjadi dalam kalangan atas masyarakat Indonesia? Secara spesifik, apakah dalam kasus prostitusi kalangan atas dengan tarif gila tersebut dapat dikatakan mewakili gejala kontradiksi kebudayaan dalam masyarakat kapitalisme?

Entahlah, yang saya rasa jelas, kritik Daniel Bell tersebut patut dipertimbangkan. Dan jangan lupa, ekspresi seksual kalangan atas hanya satu yang terkesan irrasional, masih ada perilaku yang lain.

Salam.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun