Mohon tunggu...
TUTU APRILIYANTI
TUTU APRILIYANTI Mohon Tunggu... Sekretaris - Penikmat Alam

Pecinta Alam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Awal Perjalanan dan 7 Bukit Penyesalan (Eksotisme Gunung Rinjani 3,726 Mdpl Part 1)

4 Desember 2012   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu menunjukkan hampir jam 10 malam waktu setempat, yak perbedaan waktu di Lombok 1 jam lebih cepat dari Jakarta, suasana Lombok International Airport (LOP) sedikit mulai sepi, hanya warga-warga sekitar yang masih berkumpul diluar bandara untuk menyaksikan pesawat-pesawat lepas landas, hal ini merrupakan kesenangan sendiri buat mereka. Kami berjumlah 11 orang terdiri dari Kang Ay, Kang Tege, Mbak Mira, Bang Togi, Kang Nyotz, Febita, Rian, Zaki, Wilda, Bang Ucok dan Aku sendiri .Dengan menyewa 2 mobil Avanza seharga Rp. 300 Ribu untuk 2 mobil , Kami pun menuju Rest Area agar dapat beristirahat malam ini sebelum menyiapkan segala sesuatunya untuk pendakian Gunung Rinjani besok pagi.

Hujan mengguyur dan melengkapi suasana pagi hari di Lombok. Rasa malas untuk bangkit dari tempat tidur pun mulai menghinggapi. Tapi dengan memaksakan diri Kami mulai bersiap-siap untuk mempersiapkan segala sesuatunya dan berangkat menuju Desa Sembalun Lawang, desa dimana Kami akan memulai pendakian Gunung Rinjani. Sebelum menuju Desa Sembalun Lawang, Kami menyempatkan diri mampir ke pasar Dasan Agung, Mataram untuk membeli bahan-bahan yang akan di masak saat pendakian nanti dan Kami pun tidak lupa menjemput seorang teman Lombok yang akan menjadi Guide Kami saat pendakian. Pasar tersebut tidakbegitu jauh dari tempat Kami menginap, hanya sekitar 15 menit di tempuh dengan kendaraan. Setiba di Pasar Dasan Agung, Kami pun mulai membeli beberapa bahan makanan pokok serta sayur mayur dan bahan makanan lain. Tak lama kemudian, Teman Lombok Kami pun datang, dia biasa dipanggil Abang locker, pengalamannya dalam mendaki Gunung Rinjani ini sudah tidak dapat dihitung lagi, sehingga banyak para pendaki yang meminta bantuannya untuk memandu dalam pendakian Gunung Rinjani.

Setelah selesai belanja dan sarapan pagi, Kami Pun mulai perjalanan menuju Desa Sembalun Lawang yang ditempuh sekitar 4 Jam dari Mataram. Gerimis pun menyertai perjalanan Kami, Pukul 14.00 waktu setempat Kami tiba di Desa Sembalun Lawang, Udara sejuk dan pemandangan yang tidak dapat kami temui di Jakarta mulai terasa dan terlihat. Gunung Rinjani berdiri dengan keindahannya. Gunung Rinjani merupakan Gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia dengan titik tertinggi 3, 726 Mdpl. Ladang-ladang milik warga setempat menjadi pemandangan untuk Kami selama perjalanan menuju Basecamp tempat pendaftaran, hal ini mencerminkan bahwa mata pencarian warga desa sembalun lawang adalah bercocok tanam.

Setelah melakukan registrasi untuk pendakian, Kami mulai packing ulang barang-barang bawaan Kami, karena Kami akan menggunakan jasa porter untuk membawa barang-barang Kami selama pendakian. Kami pun menggunakan jasa 3 orang porter untuk membawa barang-barang Kami, Pak Rika, Dani dan Maulid , mereka lah yang akan membawa barang-barang Kami, mendirikan tenda serta memasak dan menyiapkan makanan untuk Kami. Waa… buat Kami ini adalah pendakian yang sangat di manja, biasanya Kami melakukan semua itu sendiri. Dan Kami hanya membawa barang-barang pribadi Kami selama pendakian. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00, setelah Kami sudah siap semua, Kami berkumpul untuk melakukan doa bersama sebelum pendakian, berharap Kami dapat kembali pulang dengan selamat tanpa kurang satupun.

Matahari sudah berwarna kejingga-jinggaan menunjukkan bahwa hari sudah mulai sore. Kami berjalan perlahan-lahan beriringan, di depan rombongan berjalan ketiga porter Kami, dari cara jalannya memang tidak ada yang dapat ngalahin dengan beban yang sangat-sangat berat, mereka masih bisa berjalan dengan sangat cepat, mungkin yang bisa ngalahin jalan mereka hanya guide Kami si Abang Locker. Sayangnya dia berjalan paling belakang dari rombongan, sebagai sweeper Kami, berjaga-jaga takut diantara Kami ada yang berjalan sangat perlahan dan tertinggal dari rombongan. Di belakang ketiga porter berjalan temanku Kang Aymara, Kakinya yang panjang memungkinkan dia untuk melangkah jauh lebih panjang dibanding yang lain, langkahnya teratur dan berirama tidak cepat tidak pula pelan membuat yang berjalan di belakangnya dapat dengan mudah mengikutinya. Dia pun sesekali meneriakkan kata “Narkopiaaannn…” , jika dia merasa sudah berjalan cukup jauh di depan, dan rombongan yang di belakang sudah tidak terlihat lagi olehnya. Lagu-lagu Iwan Fals pun tidak henti-henti selalu berteriak-teriak dari HP nya, hal ini selalu dalam setiap pendakian kami “Biar ga sepi ..” jawabnya ketika sesekali di tanya kenapa rela banget menghabiskan batere HP dengan nyetel music sedangkan untuk mendapat sinyal hanya tempat-tempat tertentu jika terjangkau oleh tiang-tiang BTS.

13546328571934299052
13546328571934299052

Tepat berjalan di belakang Kang Aymara ada Aku, Mbak Mira dan Febi, dan Kang Nyotz Kami berlima berjalan lebih depan dibanding yang lain.Awal perjalanan Kami, melewati perkebunan warga, dan masih bisa dibilang wilayah perkebunan Warga jika di tempat itu masih terdapat kotoran Sapi itulah petanda batas wilayah aktifitas Warga setempat. Setelah melewati perkebunan Warga, kami memasuki Hutan Kecil yang lebat dann lembab, Aku sendiri merasa tidak nyaman ketika melewati Hutan ini, rasanya ingin segera keluar dari dalam Hutan ini, walaupun Aku jalan tidak sendiri. Saling tunggu-menunggu dan menyemangati satu sama lain tidak lupa Kami lakukan, Sekeluarnya dari dalam Hutan, Kami disuguhi Pemandangan sore

1354633007422872105
1354633007422872105

hari sangat indah sinar Matahari tepat jatuh di atas bukit-bukit di depan Kami, membuat Bukit-bukit tersebut berwarna keemas-emasan dengan padang sabana yang sangat luas, ternyata perjalanan Kami sudah memasuki bukit-bukit dengan Padang Sabana, sering juga disebut Bukit Teletubbies. Mungkin yang suka nonton film India pasti berhayal menari-nari di atas bukit jika melihat bukit-bukit Teletubbies ini. Benar-benar keindahan Alam yang tidak pernah aku lihat di Kota. Kami tidak lupa untuk berhenti sejenak untuk istirahat sekaligus mengambil beberapa poto bukit-bukit yang berwarna keemasan karena tertimpah cahaya matahari.

Setelah sejenak kami istirahat, dan poto-poto yang Kami ambil di bukit-bukit itu sudah cukup, Kami melanjutkan perjalanan Kembali mengikuti para Porter Kami. Rombongan teman-teman di belakang Kami sedikit pun belum terlihat, Hujan mulai turun rintik-rintik, hanya Febi yang berhenti sebentar untuk mengenakan Jas hujannya, melindungi tubuhnya yang kecil dari rintikan hujan. Pelan-pelan Kami berjalan, yang tanpa Kami sadarin, jalan yang Kami lalui menanjak sedikit-demi sedikit, hari mulai gelap dan hujan pun tidak menandakan untuk berhenti Ketiga Portet Kami sudah merasa cukup lelah, mereka berhenti dan meletakan barang-barang yang sedari awal naik, dipanggul dipundaknya. Kami pun ikut serta istirahat, sambil menunggu teman-teman Kami yang lain, terjadi sedikit diskusi antara ketiga Porter dan Kang Ay, ketiga porter ini sudah merasa lelah untuk melanjutkan perjalanan dalam keadaan cuaca yang hujan dan dingin, mereka ingin Kami tidak meneruskan perjalanan Kami menuju Pos 3, dimana jalannya merupakan bebatuan yang cukup licin jika hujan. Sambil menenggak botol minumannya , Kang Ay memutuskan untuk menunggu yang lain tiba meminta pendapat dari teman-teman yang lain apakah ingin meneruskan perjalanan hingga Pos 3 atau mendirikan tenda di tempat Kami berhenti sekarang. Tidak lama kemudian terlihat cahaya dari headlamp yang Kami kenal pemiliknya adalah Kang Tege, Rian dan Zaki, sedangkan Bang Ucok, Bang Togi, wilda dan Bang Locker masih jauh di belakang mereka. Tanpa menunggu persetujuan keempat teman kami yang di belakang, Kang Tege dan Kang Ay memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos 3yang jaraknya hanya setengah jam lagi dari tempat Kami istirahat. Tanpa menunggu komando lagi, Kami pun melanjutkan perjalanan bersama-sama terkecuali keempat teman Kami yang di belakang.

Perjalanan setengah jam pun berlalu, akhirnya Kami tiba di Pos 3 dan terlihat 2 buah tenda, satu tenda diisi oleh 3 orang pendaki asing dan yang satu lagi diisi oleh beberapa pendaki lokal.Pos 3 ini tidak begitu luas, tapi cukup untuk mendirikan 4 tenda Kami, disamping 2 tenda yang sudah ada milik pendaki lain. Sambil menunggu keempat teman Kami yang lain, Kami yang sudah tiba terlebih dahulu membantu para porter mendirikan tenda agar kami bisa dengan cepat berlindung dari gerimis hujan dan beristirahat. Setelah keempat teman Kami tiba, Kami makan malam dengan masakan yang telah dibuat oleh porter-porter Kami, lumayan dengan fisik kami yang lelah tidak perlu membuat makanan semua dengan bantuan porter Kami.

13546333031981999023
13546333031981999023

Keesokan harinya, Jam 08.00 pagi Kami harus sudah mulai Packing kembali untuk melanjutkan perjalanan Kami menuju Pelawangan Sembalun, tempat dimana Kami akan membuka Tenda dan beristirahat sebelum Kami menuju Puncak Gunung Rinjani. Sebelum Kami melanjutkan perjalanan, Kami harus sarapan dulu, masih dengan masakan Teman-teman porter Kami, cukup mengisi perut dan tenaga. Perjalanan Kami menuju Pelawangan Sembalun ini lebih sulit dan membosankan, dimana Kami harus melewati apa yang dinamakan 7 Bukit Penyesalan.

13546333851823119276
13546333851823119276

Perjalanan ini harus Kami tempuh sekitar 5 – 6 jam perjalanan, dengan kondisi jalan naik turun bukit. Bukit-bukit terbuka, dengan sedikit pohon-pohon besar sehingga tdak terlindung dari hembusan angin yang cukup membuat badan Kami menggigil, cuaca masih belum bersahabat, silih berganti dingin dan panas disertai hujan gerimis. Sering kali Kami berpapasan dengan turis-turis asing yang turun, mereka didampingi oleh guide dan porter-porter. Saling sapa menyapa dengan Bahasa Inggris sekedarnya serta dibumbui senyuman cukup membuat sedikit bersahabat. Team Kami pun sudah terpencar-pencar, jalan paling depan kang Ay, dengan kakinya yang panjang cukup membuat Kami tertinggal, seperti awal naik di belakang Kang Ay dan tertinggal cukup jauh dari Kang Ay ada Mbak Mira, Febi, Kang Nyotz dan Aku. Kami berempat, berjalan saling susul menyusul dengan pendaki-pendaki lain , yang tak lain adalah anak-anak muda asli Lombok, anak-anak muda ini naik ke Gunung Rinjani untuk refreshing setelah menempuh ujian Akhir Sekolah.

1354633473102753263
1354633473102753263

Karena Kami berjalan saling susul menyusul dan kadang berdampingan, membuat Kami lebih kenal dengan anak-anak muda Lombok ini. Terlihat di belakang Kami cukup jauh Kang Tege yang selalu mendampingi Rian dan Zaki selama menuju Pelawangan Sembalun. Dan keempat teman yang lain Bang Ucok, Bang Locker, Bang Togi dan Wilda masih tertinggal di belakang, bukan karena jalan mereka lama, tapi mereka menikmati pemandangan dengan mengambil beberapa poto terutama Bang togi, senang jika deket Bang Togi sering kena poto dan di poto oleh kameranya….we love you Bang Togi. Naik turun bukit satu demi satu, dan Kami pun tidak berniat untuk menghitungnya, apakah benar 7 bukit yang Kami lalui, sesuai dengan namanya 7 Bukit Penyesalan

Walaupun Team Kami berjalan terpisah-pisah, tapi Kami saling membackup dan menjaga satu sama lain. ( To be Continue)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun