Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Daun Mint: Si Hijau dengan Segudang Khasiat

26 September 2025   00:16 Diperbarui: 28 September 2025   12:31 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun Mint yang tumbuh subur Pekarangan Rumah. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Di sudut halaman rumahku, tumbuh beberapa tangkai tanaman hijau dengan daun bergerigi halus, permukaannya berkerut, dan batang kemerahan. Ketika satu helai daun ku remas, aroma segar langsung menyeruak, seakan membawa ku ke suasana pegunungan yang teduh. 

Ternyata itulah daun mint, tanaman kecil yang sering kita temui, tetapi menyimpan sejarah panjang dan manfaat luas.

Di banyak rumah, mint tumbuh tanpa banyak perhatian. Ia bisa hidup di tanah yang sederhana, merambat ke sana-sini, bahkan kadang dianggap gulma oleh yang tak mengenalnya. Padahal, dari halaman pekarangan sederhana hingga meja restoran kelas dunia, mint telah hadir membawa kesegaran.

Jejak Panjang Mint Sejak Mesir Kuno

Mint bukan sekadar tanaman hias. Sejarah mencatat, masyarakat Mesir kuno sudah memanfaatkannya sejak 1000 SM, baik sebagai ramuan obat maupun untuk upacara keagamaan. Di Eropa, mint menjadi bagian penting dalam pengobatan tradisional, sementara di Asia Barat, mint digunakan dalam kuliner sehari-hari, dari teh hingga saus.

Nama "mint" sendiri diyakini berasal dari bahasa Yunani kuno, mintha, yang merujuk pada nimfa dalam mitologi. Seiring perjalanan waktu, mint berkembang menjadi lebih dari 25 spesies, termasuk peppermint (Mentha piperita) dan spearmint (Mentha spicata).

Bangsa Mesir kuno mencatat mint dalam papirus medis sebagai ramuan penyembuh. Orang Yunani menggunakannya sebagai simbol keramahan, sementara bangsa Romawi menjadikan mint pengharum ruangan dan penyegar nafas sebelum jamuan makan.

Dalam pengobatan tradisional Tiongkok maupun Ayurveda India, mint dipercaya sebagai penyeimbang tubuh, pengusir panas dalam, dan pelancar pencernaan. Hingga kini, budaya minum teh mint masih terjaga di Maroko, Mesir, hingga Tunisia, bukan hanya sebagai pelepas dahaga, tetapi juga simbol persahabatan.

Di Indonesia sendiri, mint kian populer belakangan ini, terutama ketika tren infused water dan minuman herbal marak. Banyak orang mulai menanamnya di pot kecil, cukup ditempatkan di teras atau dapur.

Si Hijau dengan Segudang Khasiat

Mint bukan hanya sekadar penyegar mulut yang hadir dalam permen karet atau pasta gigi. Ia menyimpan kandungan penting seperti menthol, vitamin A, C, flavonoid, serta antioksidan. Beberapa manfaat yang dikenal luas antara lain:

  • Menyegarkan napas -- aroma khasnya membuat mulut terasa bersih dan segar.
  • Menenangkan perut -- teh mint kerap digunakan untuk meredakan mual, kembung, hingga gangguan pencernaan ringan.
  • Mengurangi stres ringan -- aromanya menenangkan, sering dipakai dalam aromaterapi.
  • Meredakan pilek -- menthol membantu melegakan pernapasan.
  • Perawatan kulit -- daun mint yang ditumbuk bisa menjadi masker alami untuk menyegarkan wajah.

Tidak berlebihan bila mint disebut "tanaman kecil dengan manfaat besar."

Mudah Tumbuh di Mana Saja

Keistimewaan lain dari mint adalah sifatnya yang mudah tumbuh. Bahkan, sebagian orang menyebut mint sebagai "tanaman yang bandel." Diberi sedikit perhatian saja, ia sudah bisa hidup.

Kunci merawatnya sederhana: tempatkan di lokasi dengan sinar matahari pagi, siram secukupnya agar tanah tetap lembap, dan pangkas pucuknya secara rutin agar rimbun. Karena mint cepat merambat, banyak orang menanamnya di pot terpisah agar tidak mengambil ruang tanaman lain.

Uniknya, bagi sebagian orang, mint bahkan tumbuh tanpa disadari. Tanaman ini bisa muncul begitu saja di halaman, merambat dan berkembang biak tanpa banyak campur tangan. Tidak jarang, pemilik rumah baru sadar setelah mencium aroma segarnya atau ketika hendak membersihkan halaman. 

"Bahkan saya sendiri tidak menyadari bahwa ini tanaman mint, ia tumbuh bebas dibiarkan, kadang tidak sengaja tercabut," begitu pengalaman yang kerap diceritakan.

Dari pengalaman para penghobi tanaman, memetik pucuk daun mint justru membuatnya tumbuh semakin lebat. Dengan begitu, setiap pekan selalu tersedia stok segar untuk dijadikan campuran minuman atau masakan.

Aroma yang khas dan mudah dalam perawatan membuat tanaman mint semakin diminati. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Aroma yang khas dan mudah dalam perawatan membuat tanaman mint semakin diminati. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Dari Dapur hingga Apotek

Mint punya tempat istimewa di dapur. Tambahkan saja beberapa helai daunnya ke dalam air mineral dingin, seketika minuman biasa terasa lebih menyegarkan. Dalam kuliner, mint sering menjadi garnish salad, sup, atau saus.

Di Timur Tengah, tabbouleh- salad tradisional dari peterseli dan bulgur -tak lengkap tanpa mint. Begitu pula minuman Moroccan mint tea yang terkenal dengan perpaduan teh hijau, gula, dan mint segar.

Di dunia kesehatan, mint hadir dalam bentuk minyak esensial, obat herbal, hingga aromaterapi. Kehadirannya merangkum dua dunia sekaligus: alami sekaligus modern.

Simbol Kesegaran dan Kehidupan

Menanam mint di rumah sebenarnya lebih dari sekadar memiliki tanaman herbal. Ada filosofi kecil yang bisa dipetik. Mint mengajarkan tentang kesederhanaan: tumbuh di tanah seadanya, tanpa banyak perawatan, tetapi selalu memberi manfaat.

Ia juga melambangkan keramahtamahan. Dalam banyak budaya, menyajikan minuman dengan daun mint segar adalah bentuk penghormatan kepada tamu. Kesegarannya menjadi bahasa universal yang tak membutuhkan kata.

Di era ketika orang kembali mencari keseimbangan hidup sehat, mint hadir sebagai pilihan yang mudah. Dari anak muda yang gemar membuat infused water, ibu rumah tangga yang menyeduh teh herbal, hingga orang tua yang menjadikannya obat tradisional - semua bisa merasakan manfaat yang sama.

Siapa yang Sebaiknya Berhati-hati dengan Mint?

Meski dikenal aman bagi kebanyakan orang, tidak semua tubuh cocok dengan daun mint. Ada sebagian kelompok yang justru perlu berhati-hati atau bahkan menghindarinya.

Penderita asam lambung (GERD). Peppermint bisa membuat katup kerongkongan lebih rileks sehingga asam lambung mudah naik.

Bayi dan anak kecil. Minyak peppermint pekat berisiko mengganggu saluran pernapasan.

Orang dengan alergi tanaman keluarga Lamiaceae. Termasuk basil, oregano, dan rosemary.

Penderita batu empedu. Konsumsi berlebihan bisa memperburuk gejala.

Ibu hamil dan menyusui. Konsumsi wajar aman, tetapi suplemen mint dosis tinggi sebaiknya dihindari. 

Pengguna Obat Tertentu. Mint bisa berinteraksi dengan beberapa obat, misalnya obat untuk lambung, tekanan darah, atau obat yang dimetabolisme hati. Karena itu, konsumsi dalam bentuk ekstrak atau suplemen sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu.

Mint dalam bentuk daun segar untuk masakan atau minuman sehari-hari biasanya aman. Namun, jika sudah dalam bentuk minyak esensial, ekstrak pekat, atau suplemen herbal, risikonya lebih besar dan perlu pengawasan.

Inovasi dan Produk Turunan Mint

Daun mint tidak berhenti di dapur. Kini, ia hadir dalam berbagai bentuk:

Teh celup siap seduh.
Minyak esensial untuk aromaterapi.
Obat batuk, inhaler, dan balsem.
Pasta gigi, sabun, hingga skincare.

Mint bukan hanya soal rasa, tetapi juga sensasi dingin yang memberi pengalaman baru pada konsumen.

Mint di Indonesia: Dari Dapur hingga Urban Farming

Di Indonesia, mint semakin populer terutama di perkotaan. Kafe dan restoran menjadikannya pelengkap infused water atau garnish pada hidangan. Di rumah tangga, mint mulai ditanam di pot sebagai bagian dari tren urban farming.

Harganya relatif stabil, sehingga tanaman ini juga bisa menjadi peluang usaha. Daun segar mint dijual di pasar modern dengan harga yang cukup tinggi untuk ukuran tanaman yang tumbuh cepat.

Fakta-Fakta Unik Mint

  • Ada lebih dari 25 spesies mint di dunia.
  • Peppermint adalah hasil persilangan spearmint dan watermint.
  • Aroma mint berasal dari senyawa mentol yang memberi rasa dingin di lidah.
  • Di Jepang, minyak peppermint pernah digunakan sebagai pengusir tikus dan serangga.

Fakta-fakta kecil ini membuat mint semakin menarik, bukan hanya sebagai tanaman, tetapi juga bagian dari kebudayaan manusia.

Tips Konsumsi Sehari-hari

Mudah saja memanfaatkan mint di rumah. Beberapa cara yang bisa dicoba:

  • Seduh 5-6 helai daun mint segar dengan air panas untuk teh sederhana.
  • Tambahkan daun mint ke dalam air mineral dengan potongan lemon sebagai infused water.
  • Simpan daun mint di kulkas dengan cara dibungkus tisu lembap dalam wadah tertutup agar tahan hingga seminggu.

Dengan langkah sederhana ini, mint bisa hadir di meja makan setiap hari

Menjaga yang Alami

Fenomena meningkatnya ketertarikan terhadap tanaman herbal belakangan ini sebenarnya bisa menjadi refleksi. Kita sering terjebak dengan produk instan, padahal di pekarangan rumah ada tanaman yang memberi solusi alami. Mint adalah salah satu contohnya.

Ketika dunia sibuk dengan obat modern, mint tetap setia sebagai penyegar alami. Ketika industri menghadirkan ratusan varian minuman beraroma, selembar daun mint dalam segelas air putih tetap terasa istimewa.

Penutup

Di balik ukurannya yang kecil, mint membawa cerita panjang: dari lembaran papirus Mesir, meja makan bangsa Romawi, teko teh Maroko, hingga gelas di meja makan kita hari ini.

Mint tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menghubungkan tradisi, kesehatan, dan gaya hidup. Ia mengingatkan bahwa sesuatu yang sederhana bisa memberi dampak besar.

Menanam mint di halaman rumah mungkin terlihat sepele, tetapi dari situlah kita bisa belajar: menjaga yang alami, merawat yang kecil, dan menikmati kesegaran yang ditawarkan alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun