Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Libur Perlu Terasa Cepat?

7 September 2025   22:25 Diperbarui: 7 September 2025   22:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Libur yang cepat bukan berarti kurang, tapi justru penuh makna. Karena waktu berharga selalu terasa singkat (Sumber:Dok.Pribadi/Tupari) 

Hampir semua orang pernah mengalami perasaan yang sama: baru saja rasanya menikmati malam Minggu, tiba-tiba sudah terdengar alarm Senin pagi. 

Akhir pekan yang ditunggu-tunggu terasa melesat begitu cepat, seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang mencuri jam-jam libur kita. Tidak jarang, hal ini membuat kita mengeluh, bahkan merutuki waktu.

Namun, mari kita balik cara pandang itu. Bagaimana jika perasaan libur yang cepat berlalu justru bukan pertanda buruk? Bagaimana jika itu adalah tanda bahwa kita baru saja melewati waktu libur yang benar-benar bermakna? 

Libur yang terasa singkat bisa jadi merupakan indikator bahwa kita berhasil menjalani liburan dengan kualitas terbaik. Sebab, libur yang membosankan justru sering terasa panjang, lambat, dan tidak meninggalkan kesan apa-apa.

Metafora Kehidupan: Halaman Kosong dan Halaman Terisi

Mari bayangkan hidup ini sebagai sebuah buku tebal. Halaman-halaman penuh coretan adalah hari kerja kita-penuh catatan, target, kewajiban, dan rutinitas. Sedangkan libur ibarat halaman kosong, lembar putih yang menunggu untuk kita isi.

Ketika libur terasa cepat, itu artinya halaman kosong tadi berhasil kita penuhi dengan cerita: makan malam bersama keluarga, tawa hangat bersama sahabat lama, atau sekadar tidur panjang yang akhirnya membuat badan terasa lebih segar. Halaman itu mungkin hanya satu-dua lembar, tetapi padat dengan kisah yang kelak akan kita kenang.

Sebaliknya, libur yang terasa panjang, lambat, bahkan membosankan, ibarat halaman kosong yang dibiarkan putih. Tidak ada cerita yang ditulis. Tidak ada ingatan yang tercipta. Halaman itu mudah dilupakan, sama seperti libur yang hanya dilewati tanpa makna.

Di sini kita bisa belajar satu hal: ukuran kualitas libur bukan pada lamanya waktu, tetapi pada kepadatan cerita yang kita masukkan ke dalamnya.

Sisi Psikologis: Mengapa Waktu Terasa Cepat Saat Menyenangkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun