Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajar Ikut Demonstrasi: Bagaimana Sekolah Bisa Mencegahnya?

31 Agustus 2025   15:40 Diperbarui: 31 Agustus 2025   15:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Demonstrasi Pelajar SMA. (Sumber: DOK. SISWA SMAN 46 JAKARTA via Kompas.com)

Fenomena pelajar ikut-ikutan turun ke jalan dalam aksi demonstrasi beberapa kali mencuat di berbagai daerah. Banyak dari mereka sebenarnya belum memahami isu yang diperjuangkan, melainkan terdorong ikut teman sebaya atau terprovokasi ajakan di media sosial yang bersifat viral dan emosional. Kurangnya literasi demokrasi, minimnya jalur aspirasi di sekolah, serta tekanan untuk diterima dalam pergaulan membuat siswa mencari cara menyalurkan pendapat di luar lingkungan sekolah. Kondisi ini tentu merugikan, baik bagi citra sekolah maupun masa depan siswa.

Karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab melakukan mitigasi. Upaya ini perlu dilakukan dengan dua pendekatan: strategi jangka panjang yang membangun kesadaran kritis, seperti pendidikan demokrasi, literasi digital, kepemimpinan, dan forum aspirasi internal; serta langkah praktis yang bisa diterapkan sehari-hari ketika situasi rawan terjadi, misalnya pengawasan satgas sekolah, komunikasi cepat ke orang tua, dan kegiatan alternatif yang menyalurkan energi siswa. 

Dengan kombinasi kedua pendekatan ini, siswa tidak hanya terjaga dari risiko ikut demonstrasi secara impulsif, tetapi juga dibekali kemampuan untuk menyuarakan pendapat secara aman, bertanggung jawab, dan konstruktif.

Mitigasi Jangka Panjang

Mitigasi jangka panjang berfokus pada pembentukan karakter dan kesadaran kritis siswa. Langkah-langkah berikut dirancang agar pelajar mampu memahami hak dan tanggung jawabnya, sehingga dapat menyalurkan aspirasi secara aman, santun, dan konstruktif. 

Pertama, Edukasi Demokrasi dan Literasi Digital

Sekolah perlu menanamkan pemahaman bahwa kebebasan berpendapat dijamin hukum, tetapi ada cara yang aman, santun, dan konstruktif untuk menyalurkannya. Materi ini dapat disampaikan melalui PPKn, diskusi kelas, seminar, atau menghadirkan narasumber dari akademisi dan tokoh masyarakat.

Literasi digital juga penting agar siswa tidak mudah terprovokasi ajakan demo melalui media sosial atau grup WhatsApp yang menyesatkan..

Kedua, Memperkuat Komunikasi dengan Orang Tua

Koordinasi intens antara sekolah, orang tua, dan siswa menjadi kunci. Grup komunikasi aktif, pertemuan berkala, dan wali kelas yang responsif membantu orang tua memantau aktivitas anak, sehingga lebih cepat mendeteksi indikasi keterlibatan ajakan demonstrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun