Di sebuah sudut Lampung yang jauh dari riuh kota, suara gemuruh terdengar bagai tabuhan gamelan raksasa. Tirai putih setinggi hampir 50 meter menjuntai dari tebing berbatu, memecah menjadi percikan kabut yang menari di udara. Sinar matahari yang menembus celah pepohonan kadang menghadirkan pelangi mungil di antara gemericik air.Â
Inilah Curup Gangsa, air terjun megah di Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan, yang keindahannya seakan meluruhkan penat setiap jiwa yang datang.
Nama yang Berasal dari Bunyi
Masyarakat setempat menyebut air terjun ini dengan nama Curup Gangsa. Kata curup dalam bahasa Lampung berarti air terjun, sementara gangsa merujuk pada suara logam gamelan tradisional. Derasnya aliran air yang jatuh menghantam batu besar di bawahnya menimbulkan dentuman keras yang mirip bunyi gamelan - berulang, bergemuruh, sekaligus menenangkan. Dari situlah nama itu lahir, diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Bagi warga sekitar, Curup Gangsa bukan sekadar bentang alam. Ia adalah bagian dari identitas kultural sekaligus simbol kedekatan masyarakat dengan alam. Di tepian air terjun, sering dijumpai warga yang sekadar singgah setelah berladang, duduk tenang, dan "nguping" alunan musik alam itu.
Perjalanan Menuju Ujung Utara Lampung
Untuk mencapai Curup Gangsa, perjalanan tidak bisa disebut singkat. Dari Bandar Lampung, jarak sekitar 200 kilometer harus ditempuh. Jalan lintas Sumatera menjadi jalur utama, sebelum masuk ke wilayah Way Kanan. Dari Blambangan Umpu - ibukota kabupaten - perjalanan dilanjutkan ke Kecamatan Kasui dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Rute menuju Desa Kotaway, lokasi Curup Gangsa, masih didominasi jalan berbatu dan tanah merah. Saat musim hujan, jalur ini bisa menjadi licin dan menguji kesabaran pengendara. Dari area parkir sederhana, pengunjung masih harus berjalan kaki. Jalan setapak menurun, tangga alami dari tanah, serta kebun-kebun masyarakat menjadi bagian dari rute.
Meski menantang, perjalanan ini justru menghadirkan sensasi petualangan. Setiap langkah mendekatkan telinga pada bunyi gemuruh yang kian keras, tanda air terjun sedang menyambut. Saat pertama kali pandangan tertuju pada tirai air yang membentang, rasa lelah seketika sirna.