Jika literasi sekadar didefinisikan sebagai “bisa membaca buku”, maka kita sedang mengecilkan maknanya. Literasi sejatinya adalah kemampuan membaca diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Dan ketika sekolah-sekolah mulai membiasakan membaca kitab suci di pagi hari - baik melalui program BBQ pada Jumat, maupun pembacaan lintas agama di Selasa dan Rabu - sesungguhnya mereka sedang mengajarkan anak-anak untuk membaca kehidupan dengan lebih arif.
Seperti kata pepatah, membaca tanpa merenung adalah bagaikan makan tanpa dicerna. Maka, marilah kita dorong literasi di sekolah tidak hanya berhenti pada teks, tetapi sampai pada refleksi. Karena siapa tahu, sepuluh menit di pagi hari itu bisa menjadi fondasi masa depan sebuah bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI