Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Berburu Kopi di Bandara: Antara Kopi Aceh, Kenangan, dan Pelajaran

10 Agustus 2025   12:19 Diperbarui: 10 Agustus 2025   12:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi kedainya ada di pintu masuk A1 terminal 1 Bandara Soetta. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Tiba di Gate 1 Bandara Internasional Soekarno Hatta sekitar pukul 12.30 siang (9/8/2025), saya langsung melirik satu sudut bandara yang menjanjikan aroma hangat: kedai kopi. Tujuan saya jelas, menyeruput secangkir kopi sebelum terbang. 

Hari itu saya punya waktu tunggu yang panjang, sekitar 4,5 jam, sebelum jadwal boarding. Menghabiskan waktu tanpa secangkir kopi rasanya kurang lengkap.

Saya bukan pecandu kopi. Tidak ngopi pun sebenarnya tidak masalah. Namun anehnya, jika sehari tidak menyesap kopi, rasanya ada yang kurang, seperti ada yang hilang. Maka tak heran, ketika memasuki bandara dan melihat ada kedai kopi, rasanya seperti ada magnet yang menarik saya untuk mendekat.

Apalagi, nama kedai itu "Kopi Hitam Indonesia", nama yang begitu Indonesia banget, langsung memancing emosi dan rasa penasaran. Seolah berkata, "Kalau tidak beli, kamu melewatkan rasa negeri sendiri."

Namun begitu mendekat, saya menemukan papan kecil bertuliskan "ke toilet, sedang Sholat, ambil barang". Toko tutup. Tidak masalah, pikir saya. Waktu masih panjang.

Lokasi kedainya ada di pintu masuk A1 terminal 1 Bandara Soetta. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Lokasi kedainya ada di pintu masuk A1 terminal 1 Bandara Soetta. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Saya pun berjalan ke ruang tunggu, mencoba membunuh waktu. Setengah jam kemudian saya kembali. Kedai itu masih tutup, tetapi ada pemandangan unik: selembar uang pecahan Rp10.000 tergeletak di atas meja kasir. Tidak ada penjaga. Rupanya ada yang sudah menitipkan pembayaran, meski pelayan belum kembali.

Saya memutuskan untuk menunggu. Suasana sekitar mulai ramai. Beberapa calon pembeli yang tidak sabar akhirnya pergi. Begitu kedai dibuka, orang-orang langsung menyerbu. Aroma kopi bercampur riuh percakapan, tanda kedai ini menjadi penyelamat rasa kantuk para penumpang.

Giliran saya pun tiba. "Kopi hitam Aceh, sedikit gula," pinta saya. Saya memang pecinta kopi hitam, jadi pilihan itu datang secara alami. Dalam hati, saya berharap mendapatkan seduhan kopi bubuk murni, bukan kopi instan. 

Namun begitu melihat kemasan sachet, ekspektasi itu luruh. Ya, sudah terlanjur memesan. Harga secangkirnya Rp20.000, cukup mahal untuk kopi sachet, tapi mungkin wajar di bandara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun