Dear seseorang yang di sana...
Maafkan dia telah merindukanmu selama ini, maafkan dia jika telah lancang melakukan itu, maafkan juga jika dia menjadi seseorang yang bukan kau harapkan tuk menuai kerinduan, maafkan pula jika saat ini dia mencintaimu dalam diam, dan dia akan maafkan kamu jika tak pernah mencoba tuk membalasnya.
Perihal rasa mungkin hanya dia yang punya tanpa kau menyadarinya. Sampai saat ini, kau bahkan tak mengenalnya melainkan sekilas, meski sering berpapasan muka. Kau tahu tidak! Ia selalu berusaha memerhatikanmu di saat kau bercerita dengan teman-teman mu, di saat kau terfokus pada hal-hal lain, tetapi saat kau menoleh menghadapnya, wajah tulus itu langsung menunduk dan melempar hadap, mencari sesuatu tuk berpalingkan muka asal kau tidak menyangka yang tidak-tidak.
Memandangimu dari jauh juga tak berani menatap penuh, sebab ia takut mengotori nikmat penglihatan menatap melebihi wajarnya. Namun percayalah dia melakukan itu tak bermaksud apa-apa, hanya menurutkan sejenak, sebab jika ada kamu yang terlihat! terasa adem dan sejuk di dalam dada. Tetapi saat tak sengaja jarak telah semakin dekat, dada itu berubah drastis menjadi goncangan yang maha dahsyat, ibarat goncangan bumi yang menandakan akan adanya sesuatu yang tak biasa terjadi.
Baru-baru ini ia tahu kalau kau sedang berada pada hari bahagia, hari bersyukur telah disampaikan di usia sekarang, pada bulan November. "Aku tau itu," bahkan pada saat malam mulai merajai, batinnya dilanda kebingungan, imaji bertarung dengan hasrat, ingin menyampaikan sesuatu tetapi di urungkan, saat menyadari bahwa pribadinya tidak sehebat hujan bulan November, butiran airnya yang tak menilik keraguan tuk datang mendekap bumi, mengungkapkan isi hatinya melalui gemuruh berlapis cahaya suci dari langit.
"Aku tak sehebat itu" teriaknya dalam hati, padahal sudah mengetik beberapa kata, namun jemari terasa berat tuk mengirimkan dan memilih tuk menghapusnya saja sampai tak menyisakan huruf di layar. Ya, itulah kenyataannya, ia kalah dengan rasa takut itu, tetapi tak mengapa, mungkin itu lebih baik, sebab bukan itu yang menjadi perantara hati, biarlah ucapan itu terangkai dalam doa yang  dipanjatkan tuk meminta berkah dari-Nya, Untuk mu.
Ia hanya percaya, jika suatu nanti kau mengenalinya lebih jauh, kau menganggap ia sebagai orang biasa namun tak menyangka diri menyimpan rasa yang begitu besar, meski tak meluap dan hanya menunggu waktu yang memberi kesempatan untuk benar-benar serius, mengetuk pintu rumahmu dan meminta restu pada wali mu tentang niat baiknya, semoga engkau tak terkejut, kau mungkin memandangi sosoknya asing tapi ketahuilah bahwa kesungguhan yang mengahatarkannya berada di posisi itu, begitu pula dengan cinta yang melekat pada jiwanya yang sudah lama tak kunjung terbungkam.
Dalam hati, ia hanya berharap untuk kau mampu memilih jawaban yang tepat untuknya, baik ya maupun tidak, setidaknya ia sudah berusaha menyampaikan niat hati, sebab  ia yakin jatuh cinta tak pernah salah dalam memilih alamat, melainkan waktu saja yang tak bersahabat atau arah menyampaikannya tidak tepat.
Ia hanya meminta pada waktu dan arah itu akan tepat, begitu juga dengan kesempatan teriring bersamaan demi mencapai keinginan jiwa tuk melengkapi kesempurnaan, meminta doa yang tulus agar dirimu hadir dan ternobatkan sebagai ratu dalam singgah sana dalam pelaminan kelak.
