Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Pembelajar

Pembelajar dalam berfikir, bertulis, berbicara dan berikhtiar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinamika Politik di Nagari Matahari (1981-2015)

4 Oktober 2025   16:57 Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan shalat tarawih terbagi. Kelompok lama di musala lantai satu MTsM dan sebagian di Masdjid Raya Matahari, sedangkan kelompok baru di Masjid Taqwa Muhammadiyah. Akibatnya tidak banyak  warga Muhammadiyah yang shalat Jumat dan tawarih di Masdjid  Taqwa. Begitu pula   shalat Hari Raya yang murni shalat di lapangan yang diinisiasi kelompok baru tidak begitu ramai lagi.

Meredup dan Harapan Baru

Maka dalam makna sempit, seakan-akan  "syiar" Muhammadiyah semakin redup. Karena lebih banyak yang shalat Jumat, tarawih dan hari Raya di Masdjid Raya dibandingkan dengan yang di Masdjid Taqwa.

Ada harapan baru. Dan ini potensial. Ada  kader Muhammadiyah  bernama Naim Muhammad, S.Ag., S.Pd., yang keturunan kelompok lama yang sekarang adalah  sekretaris Masjid Raya Nagari Matahari. 

Naim diminta oleh pengurus MAM yang nota bene kelompok baru, untuk menjadi Kepala MAM yang dikuasai oleh pengurus baru. Keadaan ini  diharapkan dapat menetralisir dan menyambung sinkronisasi serta menyatukan kembali kedua kelompok lama dan baru.

Harapan lainnya tertuju kepad DR. Sutan Pamenan, M.A., angkatan Muda Muhammadiyah, Doktor dan dosen Ilmu Tafsir  pada perguruan tinggi Islam di Sumbar. 

Mertua Sutan Pamenan  adalah pimpinan pengurus baru, almarhum Haji Hamdanus. Kakak H Hamadanus adalah adalah Pakih Shaghir yang waktu itu 1977-1982 adalah anggota DPRD Kab Solok dari Partai  PKH yang isterinya dipindahkan ke Lubuak Gondam, namanya Hindun.  Guru Agama pensiunan ini   adalah Etek (saudara ibu)  oleh Sutan Pamenan.

Sementara itu guru agama  yang dipindahkan ke Muara Lautan, ibu Raudhatul Jannah adalah mertua (sekarang) dari Sutan Pemenan. Waktu itu tentu (1982), Sutan Pamenan belum menikahi putrinya.  

Kedua guru agama tadi setelah 2 tahun terbuang dipindahkan jauh, kemudian dikembalikan ke Nagari Matahari, sesuai janji Kakanwil UR waktu itu, bahwa pemindahan tadi hanya untuk menghadapi Pemilu 1982. 

Setelah zaman reformasi (1998-sekarang), Partai PKH tidak pernah menang lagi di Nagari Matahari.  Sekarang yang menang berbagi antara Partai Sinar Matahari (PSM), PPR serta Partai Garuda.  Dan Muhammadiyah di Nagari Matahari sedang melihat apakah  Naim Muhammad dan Sutan Pamenan dapat mendamaikan dua kelompok  lama dan baru tadi?.  Dengan begitu nanti syiar Muhammadiyah akan kembali bersinar ?.  Wa Allah  A'lam bi al-shawab. ***

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun