Suku Mosuo, Pernikahan Berjalan, "Matrilineal" dan "Guangxi"
Oleh Shofwan Karim
Â

Dua Wanita Suku Maosuo (Foto/ SK)
Kami diterima tokoh masyarakat Suku Mosuo Prof Cao Jian Ping, Dorji, Erging, Jason Ui, Freya, Suofeya Pada hari ke-4-5 kunjungan ke Provinsi Yunnan. Dari lijiang kami ke Danau Lugu. Di Kota kecil Kecamatan ini hidup satu suku yang mereka sebut Mosuo.
Komunitas etnis minoritas ini tinggal di wilayah Danau Lugu perbatasan Provinsi Yunnan dan Sichuan. Danau yang membentang di dua provinsi Yunnan dan Sichuan itu disebut Lugu oleh Suku Mosuo dengan arti Lu berarti 'lembah' dan Gu  artinya 'di dalam'.
Gabungan dua kata menjadi danau di dalam lembah. Danau ini menjadi ikon wisata memancing dan wisata perahu.

Bersamaan  keunikan sistem kekerabatan yang matrilineal suku Mosuo, mereka sepenuhnya matriachat sebagai "Kerajaan Perempuan". Garis keturunan mereka dan pewarisan harta benda mengikuti garis ibu. Sekaligus kaum ibu yang berkuasa.
Mereka suka menyebut nenek perempuan yang menjadi "tungganai" (pemimpin keluarga). Hal itu diceritakan oleh Haeye, sehabis makan malam di kediaman khusus salah satu warga tak jauh dari hotel kami di bibir Danau Lugu.
Pernikahan pada suku ini berbeda dg suku lain. Â Pada Suku Mosuo disebut sebagai "pernikahan berjalan" walking married, yang disebut Axia.
Pria mengunjungi wanita di malam hari di kamar pribadinya. Esok harinya Pria dapat pergi. Bila ada anak yang dilahirkan si wanita,  maka anak atau anak-anak dipelihara dan dibesarkan oleh keluarga wanita serta saudara mereka  yang lain baik  perempuan dan  laki-laki pihak ibunya.