Mohon tunggu...
tukiman tarunasayoga
tukiman tarunasayoga Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kemasyarakatan

Pengajar Pasca Sarjana Unika Soegiyopranata Semarang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berbahaya, Jika Hanya "Sendhen Kayu Aking"

29 Juli 2020   13:46 Diperbarui: 29 Juli 2020   13:44 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbahaya, Jika Hanya Sendhen Kayu Aking

Tukiman Tarunasayoga

Siapa pun orangnya, atau apa pun organisasinya, pastilah sangat bangga kalau merasa berasal dan memiliki "garis keturunan" nama besar. Kalau saja nenek-kakekku memiliki nama besar karena dulunya orang terkenal, berkuasa, dan ditopang ormas terkenal puluhan bahkan ratusan tahun usianya,  wajar dan pastilah saat ini "garis keturunan" itu akan saya bawa dan banggakan kemana pun. 

Di saat kondisi biasa-biasa saja, bernaung di bawah nama besar itu mungkin tidak saya butuhkan; namun ketika saya dalam situasi terdesak, atau mungkin ketika saya merasa dipermalukan oleh pihak tertentu, nama besar "garis keturunan-" ku  besar kemungkinannya akan saya pergunakan untuk menepis semua hal dan semua pihak yang rasanya tidak tahu siapa saya ini.   "Aku je ........"

Itulah sendhen kayu aking (paribasan Jawa). Bacalah sendhen seperti Anda mengucapkan gepeng atau bebek, dan arti  sendhen ialah bersandar, lengkapnya (terjemahan kata per kata)  bersandar pada kayu kering. Aking berarti kering, khususnya diterapkan untuk kayu, dan  nasi sisa yang dikeringkan, atau bahkan secara khusus untuk menggmbarkan betapa kurusnya seseorang sehingga postur tubuhnya itu seolah-olah kering.

Paribasan sendhen kayu aking bermakna atetameng wong sing wis mati, yaitu berlindung di balik (nama besar) orang yang sudah meninggal. Pertanyaannya, mengapa perlu berlindung? Banyaklah alasan maupun motivasi melandasi orang-orang yang sering cenderung berlindung di balik nama besar seseorang kendati tokoh itu sudah meninggal.

Di antaranya, satu, ia berlindung di balik nama besar karena ingin mengumumkan kepada khalayak bahwa dirinya punya "garis keturunan," atau minimal keterikatan emosional dengan nama besar itu. Mungkin dalam hati ia mengatakan: "Inilah aku, jangan main-main denganku." Dua, atetameng wong sing wis mati, dapat juga dimaksudkan sebagai peringatan bagi siapa pun yang akan menghalangi, menghambat, atau pun mungkin menjegal. Ia berusaha menakuti-takuti orang/pihak yang melawannya. 

Dan tiga, bersandar kepada nama besar orang menggambarkan bahwa ia ingin meraih sesuatu, dan harus berhasil, maka dipakailah nama besar orang yang sudah meninggal sekali pun.

Ada bahaya   

Siapa pun, bahkan organisasi apa pun sangat mungkin "terperangkap" untuk harus melakukan sendhen kayu aking demi tercapainya suatu tujuan. Salahsatu di antara jebakan Batman yang membuatnya terperangkap ialah berlindung itu dilakukan dalam nuansa menyembunyikan kelemahan, kekurangan, atau pun mungkin cacat yang dimiliki agar tidak terkorek. 

Sebetulnya saya ini gagap teknologi, sementara di zaman maju sekarang ini hampir seluruh pemenuhan persyaratan apa pun harus menggunakan ketrampilan berteknologi. Takut ketahuan, lebih baik saya mundur saja tidak jadi ikut kompetisi apa pun yang berbasis teknologi. Apalagi di pundak saya ini, ada beban berat menyangga nama besar seseorang. Itu jebakan Batman pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun