Kita harus sadar dan yakin bahwa banyaklah ormas yang mau dan mampu untuk mendukung POP secara mandiri. Kalau pun mereka lewat dukungan mandirinya itu akan "mengibarkan benderanya," menurut saya wajar-wajar saja asal tidak melanggar rambu-rambu yang ditetapkan oleh kementerian. Bahwa dukungan dana mandiri oleh ormas nantinya masih menunjukkan "yang diberikan lewat tangan kanannya, kok tangan kirinya tahu," yah.......pada awalnya mungkin begitu.
Ketiga, apakah nantinya masing-masing akan mengibarkan bendera ormas atau bendera POP, justru P dalam AKIP-lah, yaitu pelaksanaan program di masa pandemi inilah, Â yang akan menertibkan jika terjadi ketidaktertiban; akan meluruskan jika terjadi kebengkokan, akan meratakan jika terjadi atau ada jurang dan lembah,
Siapa beruntung?
Bathi (untung) apakah yang akan dibagi? Pastilah masing-masing ormas terpilih sudah memiliki hitung-hitungannya  bahkan mungkin sudah siap sedia langsung membagi keuntungan selama pelaksanaan program di masa pendemi ini.Â
Dalam bahasa pendidikan, tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi ormas kecuali bisa berbagi berbagai praktek baik yang selama ini telah terjadi dan dikembangkannya.Â
Berkiprah dalam dunia pendidikan tidak lain dan tidak bukan hanyalah mengumpulkan praktek-praktek baik (best practices) dan terus mengembangkannya dari satu satuan pendidikan ke satuan pendidikan lainnya, dari peserta didik yang di sini  ke peserta didik di sana; dari satu guru ke guru lainnya, dan dari birokrasi pendidikan satu ke birokrasi pendidikan lainnya.
Jadi, keuntungan yang dibagi ialah jika berbagai praktek baik itu berkembang lewat orang/pihak lain; nah inilah kepemimpinan hebat Mas Nadiem: Dagang tuna andum bathi!
