Kompas menyadari bahwa suara seperti Kwik Kian Gie, meskipun sering "tidak nyaman", adalah vitamin bagi demokrasi.
Kritik yang berbasis data dan analisis mendalam justru memperkaya ruang diskusi publik, mendorong perbaikan kebijakan, dan memelihara integritas intelektual.
Lewat Kompas inilah Kwik Kian Gie menjadi dikenal luas dan dihormati lintas generasi.
Kompasiana: Kawah Candradimuka Suara Kritis Baru?
Kini kita hidup di era yang berbeda. Informasi tak lagi dimonopoli media besar. Muncul Kompasiana, platform jurnalisme warga yang membuka ruang bagi siapa saja, mulai dari petani di desa hingga profesional di kota, untuk menyuarakan pikiran.
Di sinilah muncul harapan baru: bisakah Kompasiana melahirkan sosok-sosok baru yang mewarisi semangat Kwik Kian Gie?
Tantangannya nyata. Kompasiana adalah samudra opini, di mana kualitas sering kali tenggelam oleh derasnya kuantitas. Namun justru di situlah potensi tersembunyi.
Di antara ribuan tulisan yang terbit setiap hari, ada mutiara yang layak diangkat: penulis-penulis yang mungkin belum terkenal, tapi memiliki kedalaman berpikir, integritas, dan keberanian seperti Kwik Kian Gie.
Dibutuhkan keberanian dan ketegasan editorial dari Kompasiana untuk memberi panggung lebih besar pada tulisan-tulisan yang analitis, kritis, dan mencerahkan.
Ini bukan hanya soal memberi ruang, tapi soal merawat budaya berpikir yang sehat dan berani menggugat status quo, seperti yang dahulu dilakukan Kompas untuk Kwik Kian Gie.
Tanggung Jawab Kolektif Kita