Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Rahasiakan Hasil Tes Swab dan Tinggalkan RS, Ada Apa dengan Rizieq Shihab?

29 November 2020   14:17 Diperbarui: 29 November 2020   14:21 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin FPI Rizieq Shihab | KOMPAS.com/ Akhdi Martin Pratama

Melansir KOMPAS.com hari ini, Minggu (29/11), dikabarkan beredar informasi bahwa pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab telah meninggalkan Rumah Sakit Ummi Bogor, tempat ia dirawat selama ini.

Rizieq disebut tinggalkan dini rumah sakit atas kemauan sendiri, di mana hal itu terjadi pada Sabtu (28/11) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Dan anehnya, Rizieq tidak melalui pintu depan rumah sakit, tetapi pintu belakang lewat gudang obat. Informasi ini turut dibenarkan bagian Humas Polda Jawa Barat.

"Ini sedang didalami oleh Polresta Bogor. Memang infonya seperti itu, mendapat berita bahwa pasien di RS Ummi itu keluar dari rumah sakit lewat pintu belakang, tidak diketahui. (Pasien) RS tersebut tidak terdeteksi ada yang sedang dirawat, pasien yang isunya adalah pasien dalam pengawasan," ujar Kombes (Pol) Erdi A. Chaniago, Kabid Humas Polda Jabar (29/11).

Sebenarnya kabar kondisi kesehatan Rizieq sempat heboh belakangan ini. Awalnya disebut sedang mengalami kelelahan akibat kegiatan padat setiba di tanah air sehingga perlu istrahat di rumah.

Akan tetapi, selang sekian hari tersiar kabar baru bahwa Rizieq bukan istrahat di rumahnya, melainkan dirawat di sebuah rumah sakit di kawasan Bogor, yang akhirnya terungkap bernama RS Ummi.

Mengetahui Rizieq berada di RS Ummi, Wali Kota Bogor Bima Arya inisiatif mencari informasi lebih lanjut, apalagi diisukan Rizieq dirawat karena diduga terpapar Covid-19.

Sampai bolak-balik ke RS Ummi, Bima Arya tak kunjung menerima hasil pemeriksaan kesehatan Rizieq. Maka dari itu, ia pun meminta pihak rumah sakit untuk melakukan tes ulang (tes swab).

Permintaan Bima Arya tidak dilakukan, dengan alasan Rizieq pernah tes swab yang difasilitasi oleh MER-C. Dikatakan sudah menjalani tes, tapi Rizieq, pihak MER-C dan rumah sakit menolak untuk memberitahukan hasil tes tersebut.

Sikap tegas Bima Arya meminta hasil tes kemudian dianggap pihak MER-C sebagai intervensi tindakan medis, melanggar hak pasien, tidak beretika, serta mengganggu kenyamanan pasien-pasien lain.

"Selain itu, Wali Kota Bogor (Bima Arya) juga tidak beretika dalam mempublikasikan kondisi pasien kepada publik, sehingga menimbulkan kesimpangsiuran dan keresahan bagi masyarakat. Jangankan dalam situasi normal, di daerah bencana dan peperangan saja, kita selaku tenaga medis wajib menjaga profesionalitas dan menghormati hak-hak pasien," kata Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad, secara tertulis (28/11).

Pertanyaannya adalah, siapakah yang salah atas hebohnya kondisi kesehatan Rizieq ini? Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya? Mengapa pihak MER-C menyebut masa pandemi ini situasi normal? Mengapa pihak RS Ummi kurang kooperatif terhadap Satgas Covid-19 Kota Bogor?

Menurut penulis - dan ini tidak berarti memihak, tetapi secara logika - yang salah awalnya adalah pihak MER-C. Rizieq tentu cuma ikut-ikutan apa yang disarankan petugas MER-C.

Mengatakan masa pandemi Covid-19 sebagai situasi normal, jelas salah. Saat ini seluruh negara sedang darurat. Ini bukan kondisi biasa. Pihak MER-C mestinya paham bahwa, di samping etika kedokteran (medis), ada etika yang lebih tinggi saat ini, yaitu rambu-rambu yang berlaku untuk penanganan Covid-19.

Menyembunyikan hasil tes swab Rizieq sangat melanggar peraturan. Tes Covid-19 bukan sejenis tes malaria, HIV, dan sebagainya. Tidak perlu ada yang disembunyikan.

Hasil positif atau negatif sudah seharusnya disampaikan terbuka kepada Satgas Covid-19 Kota Bogor, di mana penanggungjawab tertingginya yaitu Bima Arya selaku Wali Kota Bogor.

Lalu pihak RS Ummi yang meniru tindakan pihak MER-C, juga salah besar dan amat fatal. Bagaimana mungkin mereka merawat pasien yang tidak jelas jenis penyakitnya?

Bukankah setiap rumah sakit dan puskesmas, manakala hendak melayani pasien, maka hal utama yang wajib dilakukan adalah pemeriksaan Covid-19, setidaknya rapid test? Sudahkah dilakukan terhadap Rizieq? Adakah hasilnya? Mengapa tidak disampaikan ke tim Satgas?

Maka ketika Satgas Covid-19 Kota Bogor yang memilih melaporkan manajemen RS Ummi ke kepolisian sudah tepat. Jangankan Rizieq, presiden pun wajib menyampaikan hasil tes Covid-19 kepada Satgas.

Jadi jelas, ada dua pihak yang harus bertanggungjawab atas keriuhan, MER-C dan RS Ummi. Kedua lembaga atau organisasi ini seolah mau bertindak sendiri tanpa berkoordinasi dengan Satgas Covid-19. Semakin ditutup-tutupi malah menimbulkan pertanyaan. Maksud di baliknya apa?

Berikutnya, Rizieq. Mengapa harus cemas jika publik tahu hasil tes Covid-19? Adakah penghakiman bagi seseorang yang dinyatakan "negatif" atau "positif"? Apa maksud dari pihak FPI yang mengatakan bahwa hasilnya akan dipolitisasi?

Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan Rizieq? Kalau hasil tes swab "negatif", ya tidak masalah. Tapi yang penting terbuka kepada Satgas Covid-19, karena memang data-data pemeriksaan harian di mana pun itu wajib dilaporkan rutin.

Atau kalau misal hasilnya "positif", mengapa dianggap sebagai aib? Bukankah dengan Satgas Covid-19 tahu, maka berikutnya orang-orang yang pernah dekat dengan Rizieq akan dilacak untuk diperiksa?

Apa sesungguhnya yang ada di pikiran Rizieq? Mengapa begitu terburu-buru meninggalkan rumah sakit? Ke manakah dia setelah ini? ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun