Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Gatot yang Dulu, Kini, dan Nanti

19 Agustus 2020   17:13 Diperbarui: 19 Agustus 2020   17:18 3069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo saat menghadiri Muktamar XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (3/8/2018) | KOMPAS.com/ Andi Hartik

Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo adalah mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), sejak 8 Juli 2015 sampai dengan 8 Desember 2017, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo periode pertama (2014-2019).

Gatot lahir pada 13 Maret 1960 di Tegal, Jawa Tengah. Diberi nama "Gatot" karena keinginan ayahnya, yang terinspirasi dengan nama seorang pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia, Jenderal Gatot Subroto. Ia menikah dengan Enny Trimurti dan dikaruniai 3 (tiga) orang anak.

Dulu Gatot bercita-cita ingin jadi arsitek, bukan tentara. Namun karena kondisi ekonomi (keuangan) keluarga, ditambah dorongan ayahnya, akhirnya seusai menamatkan sekolah dasar dan menengah, ia memilih melanjutkan pendidikan di Akademi Militer dan lulus pada 1982.

Karir Gatot di dunia militer terbilang cemerlang. Sebelum dipilih menjadi Panglima TNI pada usia 55 tahun oleh Presiden Jokowi, ia tercatat pernah menjabat di beberapa posisi strategis di Angkatan Darat.

Berikut rekam karir Gatot sebelum didapuk sebagai orang nomor satu di TNI, di mana di sela-sela itu pernah mendapatkan sekian banyak penghargaan berupa tanda jasa dan brevet/ wing atas prestasi yang diraihnya:

  1. Komandan Peleton MO. 81 Kompi Bantuan Batalyon Infanteri 315/Garuda
  2. Komandan Kompi Senapan B Batalyon Infanteri 320/Badak Putih
  3. Komandan Kompi Senapan C Batalyon Infanteri 310/Kidang Kancana
  4. Kepala Urusan Dalam Detasemen Latihan Tempur
  5. ADC Panglima Kodam III/Siliwangi
  6. PS Kepala Seksi-2/Operasi Korem 174/Anim Ti Waninggap
  7. Komandan Batalyon Infanteri 731/Kabaresi
  8. Komandan Kodim 1707/Merauke
  9. Komandan Kodim 1701/Jayapura
  10. Sekretaris Pribadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat
  11. Komandan Brigade Infanteri 1/PIK Jaya Sakti
  12. Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya
  13. Komandan Resimen Induk Daerah Militer Jaya
  14. Komandan Korem 061/Suryakencana (2006--2007)
  15. Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad (2007--2008)
  16. Direktur Latihan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (2008--2009)
  17. Gubernur Akademi Militer (2009--2010)
  18. Panglima Kodam V/Brawijaya (2010--2011)
  19. Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (2011--2013)
  20. Panglima Komando Cabang Srategis Angkatan Darat (2013--2014)
  21. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (2014--2015)

Bukan arsitek, tapi menjadi Panglima TNI. Itulah "garis tangan" Gatot yang ditetapkan Tuhan baginya. Namun demikian, tidak berarti gagal sepenuhnya. Ia tetap menjadi "arsitek" urusan keprajuritan.

Menjabat sebagai Panglima TNI selama 2 tahun 5 bulan, lalu dicopot berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2017, kurang lebih 4 (empat) bulan sebelum memasuki masa pensiun pada 1 April 2018, Gatot kemudian digantikan oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Demikian kisah singkat Gatot dulu, terhitung sejak ia lahir hingga menghabiskan waktu selama 36 tahun di dunia militer. Sekarang sedang menikmati kembali status sebagai warga sipil biasa (plus pensiunan prajurit).

Bagaimana dengan kisah Gatot yang berlabel warga biasa kini? Apakah nasibnya sama seperti pendahulunya, Jenderal (Purn) TNI Moeldoko dan mantan teman sejawatnya Jenderal (Purn) Polisi Tito Karnavian yang kedua-duanya tengah berada di kabinet pemerintahan?

Belum ada kabar mengenai aktivitas khusus dan profesi apa yang dipilih Gatot setelah pensiun. Barangkali ia memang sedang menikmati hari-harinya, yang tentunya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan orang banyak.

Gatot tidak masuk kabinet. Tidak seperti Moeldoko dan Tito Karnavian. Padahal biasanya pensiunan berpangkat jenderal dikaryakan kembali oleh presiden, entah di bidang apa pun itu. Atau mungkin saja ada tawaran, tapi ia menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun