Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Gatot yang Dulu, Kini, dan Nanti

19 Agustus 2020   17:13 Diperbarui: 19 Agustus 2020   17:18 3069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo saat menghadiri Muktamar XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (3/8/2018) | KOMPAS.com/ Andi Hartik

Intervensi di Pemilu apa, Pilpreskah? Siapakah "pejabat boneka" yang dimaksud, apakah presiden atau kepala daerah? Apakah maksudnya bahwa Pemilu sebelumnya (Pilpres) penuh kecurangan sehingga menghasilkan "pejabat boneka"?

Jika benar Pemilu yang disebut Gatot adalah Pilpres 2019, maka wajar ia mengatakan hal itu. Sebab memang ia sempat menjadi pendukung Prabowo-Sandiaga. Lebih tepatnya, belum move on.

Lalu soal "pejabat boneka", apakah diarahkan kepada Presiden Jokowi? Bukankah Prabowo sendiri sekarang ini sedang menjabat Menteri Pertahanan? Bonekanya siapa?

Mudah-mudahan "pejabat boneka" yang dimaksud Gatot bukan Presiden Jokowi. Jika itu yang dimaksud, maka betapa jahatnya Gatot, menyebut panglima tertinggi angkatan bersenjata sebagai boneka.

Mengapa Gatot memilih bergabung di "barisan sakit hati" yang nyata "anti" Jokowi? Bukankah bila ada sesuatu hal yang mengganjal di hati bisa disampaikan dengan cara dan wadah lain? Bukankah pula di KAMI sekarang ini terdapat para petinggi FPI dan Alumni 212?

Apakah Gatot mau menegaskan kembali posisi yang diambilnya saat "berpeci putih" di aksi 212 beberapa tahun lalu, di mana ia mengaku berada di barisan para peserta aksi? Mulai dari situkah ia berseberangan dengan Presiden Jokowi?

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mendampingi Presiden Joko Widodo di tengah aksi 212, Jumat (2 Desember 2016) | Sumber gambar: portal-islam.id
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mendampingi Presiden Joko Widodo di tengah aksi 212, Jumat (2 Desember 2016) | Sumber gambar: portal-islam.id
Jawabannya cuma Gatot yang paling tahu. Setidaknya sudah tercium kala itu. Padahal dirinya sedang mendampingi Presiden Jokowi. Apakah ia ingin tampil sebagai "bintang" di mata peserta aksi?

Pernah digadang-gadang sebagai calon presiden di Pilpres 2019 dan diisukan bakal masuk partai politik (yaitu Partai Amanat Nasional), mengapa Gatot tidak sekalian menceburkan diri ke dunia politik?

Bukankah dengan terjun ke dunia politik akan memperjelas posisi dan langkah Gatot ke depan? Mengapa hanya sebatas ikut-ikutan "forum oposisi" sehingga citranya menjadi buruk di mata sebagian publik?

Cukupkah KAMI dan forum-forum lainnya bagi Gatot dalam menyuarakan kegelisahannya? Apakah KAMI kelak ingin dijadikan partai politik sebagai kendaraan baginya menuju kursi RI-1 di 2024?

Membaca arah pemikiran dan tindakannya, tampaknya Gatot tengah membidik kursi RI-1 atau jabatan presiden. Maka mulai dari sekarang ia mempersiapkan diri, antara lain "menyapa" publik dengan aktivitas "unik" serta menghimpun para tokoh yang sepaham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun