Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Usulan Sekolah Cukup 3 Hari dari Kak Seto Menarik, Tapi...

5 Desember 2019   02:37 Diperbarui: 5 Desember 2019   02:38 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi | Gambar: KOMPAS.com

Maukah pemerintah Indonesia menggaji para gurunya puluhan juta rupiah? Mimpi. Sampai sekarang saja masih banyak guru yang bergaji di bawah 300 ribu rupiah per bulan yang tidak jelas waktu pembayarannya.

Maksudnya, ketika bermimpi mau mengefektifkan jadwal belajar dan meningkatkan kualitas pendidikan, soal kompetensi sumber daya manusia (guru) dan kesejahteraan mereka patut dipertimbangkan. 

Lalu, bagaimana mungkin beban guru mengajar hanya 3 sampai 4 jam, sementara gaji mestinya dianggap penuh dan menyejahterakan? Apakah pemerintah bersedia menyiapkan dana dalam jumlah besar?

Kalaupun bisa demikian, maka berarti pemerintah wajib mengangkat seluruh guru sebagai PNS dengan gaji layak (puluhan juta), supaya fokus mempersiapkan bahan ajar tanpa sibuk kerja sambilan. 

Sekali lagi, perbandingannya Finlandia karena usulan Kak Seto mirip dengan sistem pendidikan di negara itu. Atau katakan seperti yang diterapkan di homeschooling Kak Seto.

Sedikit menebak, barangkali fasilitas sekolah dan gaji guru di homeschooling Kak Seto jauh di atas layak, sehingga konsep pendidikan di sana dengan mudah dan lancar diterapkan.

Kelima, Kak Seto (dan pemerintah) mesti sadar juga bahwa ketika bicara pengembangan bakat dan minat para pelajar, tentu berkaitan juga dengan kemampuan ekonomi masing-masing keluarga.

Bagaimana mungkin orangtua yang berpenghasilan pas-pasan mau mengusahakan anaknya ikut les ini dan itu supaya tidak keluyuran di waktu senggang usai sekolah, sementara biayanya tidak tersedia? Maukah pemerintah menyediakan dananya?

Keenam, tampaknya Kak Seto hanya gelisah dengan aktivitas tak karuan anak-anak di perkotaan yang sebagian menggunakan waktu luangnya untuk hal-hal yang tidak berguna.

Tidakkah Kak Seto melihat bahwa para pelajar di pedesaan kebanyakan habis pulang sekolah langsung membantu orangtuanya mencari nafkah, misalnya ke sawah atau ladang?

Tentu masih banyak lagi hal lain yang perlu dipertimbangkan. Menegaskan saja, usulan Kak Seto tidak salah, tapi sepertinya tidak untuk dipaksakan berlaku bagi seluruh sekolah dalam waktu cepat dan proses singkat. Seandainya mau diterapkan, bisa dimulai di sekolah perkotaan dan yang memerlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun