Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penggusuran di Sunter dan Sajak "Tukang Gusur" Fadli Zon

18 November 2019   08:41 Diperbarui: 18 November 2019   08:46 8133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi bangunan dan tempat usaha warga di Jalan Sunter Agung Perkasa VIII, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara | Gambar: KOMPAS.com

Jangankan soal berapa lama diduduki, tanah dan bangunan (biasa atau mewah) bersertifikat hak milik pun bisa saja digusur bila pemerintah memandang perlu, misalnya ada pembangunan jalan raya, pelebaran sungai, dan sebagainya.

Namun warga tidak salah juga seratus persen. Mereka berhak membela diri. Mereka harus diberi solusi jelas dan pasti akan nasibnya karena berstatus asli warga DKI Jakarta. Hunian boleh ilegal, tapi tidak dengan status kewargaan yang tercantum di KTP.

Selain itu, janji Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat kampanye dan debat di Pilkada 2017 masih diingat warga. Saat itu, Anies mengatakan bahwa persoalan penggusuran bukan hanya sekadar soal pemukiman, tapi juga soal manusia.

Apakah Anies turut mempertimbangkan sisi kemanusiaan sebelum akhirnya memerintahkan penggusuran? Masih ingatkah beliau, gara-gara pernyataan "tidak menggusur tapi menggeser" disambut gembira warga sehingga mereka memilih beliau di Pilkada 2017?

Mestinya saat kampanye dan debat, Anies tidak dengan gampang menjanjikan sesuatu yang sebenarnya sulit direalisasikan. Beliau harusnya tidak cuma mementingkan elektabilitas, tapi juga bagaimana mengedukasi warga.

Lebih parahnya lagi, demi keterpilihan Anies (dan Sandiaga), Fadli Zon yang merupakan anggota sekaligus Wakil Ketua DPR RI mengkritik kebijakan penggusuran yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, lewat sajak "Tukang Gusur".

Untuk membuka memori, berikut bunyi sajak Fadli yang dibacakan pada Jumat, 23 September 2016:

"Tukang gusur-tukang gusur. Menggusur orang-orang miskin. Di kampung-kampung hunian puluhan tahun. Di pinggir bantaran kali Ciliwung. Di rumah-rumah nelayan Jakarta. Di dekat apartemen mewah, mal yang gagah. Semua digusur, sampai hancur. 

Tukang gusur, tukang gusur. Melebur orang-orang miskin. Melumat mimpi-mimpi masa depan. Membunuh cita-cita dan harapan. Anak-anak kehilangan sekolah, bapak-bapaknya dipaksa menganggur. Ibu-ibu kehabisan air mata.

Tukang gusur, menebar ketakutan di Ibu Kota. Gayanya pongah bagai penjajah. Caci maki kanan kiri. Mulutnya serigala penguasa. Segala kotoran muntah. Kawan-kawannya konglomerat. Centengnya oknum aparat. Menteror kehidupan rakyat.

Ibu Kota katanya semakin indah. Orang-orang miskin digusur pindah. Gedung-gedung semakin cantik menjulang. Orang miskin digusur hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun