Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis

Pegiat Literasi Politik Domestik | Kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bersedia Jadi Ketua Umum PDIP Lagi, Megawati Cerdas dan Bijak

9 Agustus 2019   02:24 Diperbarui: 9 Agustus 2019   02:49 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan keterangan di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019) | (KOMPAS.com/ KRISTIAN ERDIANTO)

Sidang Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang diselenggarakan pada Kamis, 8 Agustus 2019 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali telah selesai. Namun rangkaian kegiatan kongresnya sendiri akan berlangsung hingga Sabtu, 10 Agustus 2019.

Kongres yang bertemakan "Solid Bergerak untuk Indonesia Raya" tersebut menghasilkan keputusan sidang untuk penetapan kembali Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP periode 2019-2024 atau kelima kalinya sejak 1999 lalu.

Selain para kader PDIP, sidang juga dihadiri oleh beberapa ketua umum partai politik, antara lain Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa.

Di samping itu, ada juga peserta yang menarik perhatian publik, yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ruhut Sitompul, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

Kalau Ahok jelas kader PDIP yang bergabung tahun ini, sedangkan Ruhut mengaku telah menjadi kader tiga tahun lalu.

"Sejak tiga tahun yang lalu. Saya terimakasih kepada Ibu Megawati saya diterima. Saya cukup loyalis di PDIP, saya dimana saja pasti loyalis," kata Ruhut (8/8/2019).

Lalu bagaimana dengan Budi Gunawan, mengapa ikut menghadiri sidang kongres? Bukankah beliau bukan kader PDIP?

Soal itu saya kurang tahu dan tidak berniat membahasnya. Yang saya ketahui Budi Gunawan adalah mantan ajudan Megawati saat menjabat presiden kelima. Saya juga tidak mau membahas tentang kehadiran Prabowo.

Yang ingin saya bahas adalah mengapa Megawati berkenan lagi dipilih menjadi Ketua Umum PDIP yang kelima kalinya. Artinya Megawati merupakan ketua umum partai politik yang masa jabatannya terlama di negeri ini. Kalau dihitung berarti masa jabatan beliau 25 tahun.

Sekali lagi, mengapa Megawati mau jadi ketua umum lagi? Bukankah beliau pernah mengaku akan pensiun karena faktor usia? Sila baca: "Megawati Ingin Pensiun, Kader PDIP Harus Menjawab".

Ya, di samping ada agenda lainnya, satu hasil penting dari kongres adalah penetapan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP periode 2019-2024, yang disepakati secara aklamasi oleh seluruh kader PDIP yang hadir.

"Dari pandangan umum 34 Dewan Pimpinan Daerah dan 514 Dewan Pimpinan Cabang, dalam sidang paripurna tadi, kesemuanya aklamasi memohon kepada Ibu Megawati untuk menjadi ketua umum kembali," kata Suryo Respationo, pimpinan Sidang Kongres V.

Usai pemaparan Suryo, Megawati kemudian dilantik dan dipersilahkan menyampaikan pidato. Di pidatonya, Megawati mengatakan acara sidang memang hanya untuk mengukuhkan kembali dirinya sebagai ketua umum.

"Dari hasil sidang tadi, aspirasi bawah semua menghendaki secara aklamasi saya menjadi ketua umum periode 2019-2024. Jadi, tadi saya hanya dikukuhkan kembali," ujar Megawati.

Megawati juga menepis isu pengangkatan Ketua Harian dan Wakil Ketua Umum yang sudah ramai dibicarakan publik sebelumnya. Beliau menegaskan cuma beliaulah yang punya kewenangan mengendalikan nakhoda PDIP.

"Apakah Ibu takkan jadi ibu ketua umum lagi, apakah ibu akan menyerahkan kepada ketua harian. Apakah ibu akan bikin posisi wakil ketua umum. Sekarang sudah kelihatan, semua itu tidak ada," tegas Megawati.

Sila baca bunyi sumpah jabatan Megawati selengkapnya di sini. Kembali ke pokok pembahasan, mengapa Megawati tidak pensiun dari jabatan ketua umum?

Menurut saya, inilah beberapa hal yang dipertimbangkan oleh Megawati, sehingga saya menilai beliau sungguh cerdas dan bijak, yakni:

Pertama, Megawati tahu bahwa belum ada kader mumpuni sekelas dirinya yang mampu memimpin PDIP. Selain dapat mengelola organisasi partai, orang yang menggantikan dirinya harus bisa menjadi simbol persatuan.

Kedua, meski bukan trah Soekarno, Megawati sesungguhnya melihat sosok yang layak menggantikan dirinya adalah Joko Widodo. Saya sangat yakin itu. 

Kalau pertimbangan Megawati hanya soal trah Soekarno dan kemampuan manajemen, tongkat estafet seharusnya langsung diserahkan kepada kedua anaknya (Puan Maharani dan Prananda Prabowo), tanpa menunggu waktu terlalu lama.

Namun saya melihat Megawati sengaja mengambil alih kendali partai sembari menunggu masa jabatan Jokowi sebagai presiden berakhir tepat pada 2024. Jika saat ini jadi ketua umum, Jokowi akan 'keteteran'.

Ketiga, Megawati masih ingin mengawal (menjaga) Jokowi agar "tidak diganggu" selama lima tahun ke depan. Kita tahu bahwa posisi Jokowi rentan gangguan. 

Lihatlah, Megawati turun gunung merangkul mantan calon presiden Prabowo Subianto yang merupakan pemimpin partai-partai penantang Jokowi di Pilpres 2019.

Megawati mau memastikan kepemimpinan Jokowi berjalan aman, lancar dan sukses. Oleh sebab itu keberadaan dan "power"-nya di partai masih sangat diperlukan.

SEKIAN.

***

[1] [2] [3] [4] [5]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun